Jumat, 14 Oktober 2016

Akuntansi Keuangan Lanjutan

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN
LAPORAN KEUANGAN SEGMEN DAN INTERIM SERTA TRANSAKSI MATA UANG ASING





Dosen Pembimbing :
Immi Fiska Tarigan
Disusun Oleh :

1.Annisa Fitriandini                (21214366)
2. Khoriunnisa Ramadini        (25214878)
3. Leni Fitriyanti                     (26214022)
4. Nuke Mutiawati                  (28214115)
5. Nur Kholifah                       (28214172)
6. Rizky Ari Wibowo              (29214676)
7. Sony Dzulkarnaen               (2A214412)

Kelas :3EB37

UNIVERSITAS GUNADARMA

Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi
ATA 2015/2016



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas kami yang berjudul “LAPORAN KEUANGAN SEGMEN DAN INTERIM SERTA TRANSAKSI MATA UANG ASING” tepat pada waktunya.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Immi Fiska selaku dosen Akuntansi Keuangan Lanjut yang telah memberikan tugas ini kepada kelompok kami sehingga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada kami khususnya pengalaman tentang dalam hal membuat makalah yang baik dan benar, terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telahmembantu kami dalam menyelesaikan tugas penulisan ilmiah ini sehingga tugas ini dapat selesai pada waktunya.
Tugas kami ini berisi tentang Laporan Keuangan Segmen Dan Interim Serta Transaksi Mata Uang Asing, adapun sumber-sumber dari isi tugas kami ini kami ambil dan kami rangkum dari buku-buku dan internet yang membahas dan berhubungan dengan materiAkuntansi Keuangan Lanjut, selain itu juga kami menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sehingga pembacanya dapat mengerti dan merasa paham.
Kami berharap tugas kami ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, dan kami juga sadar masihada beberapa kekurangan dari tugas kami ini sehingga kritik dan saran selalu kami terima demi kebaikan bagi kami kedepan.









LAPORAN KEUANGAN SEGMEN DAN INTERIM

I.            LAPORAN KEUANGAN SEGMEN

A.    Pengertian Laporan Keuangan Segmen

Pernyataan ini menjelaskan pelaporan informasi keuangan menurut segmen dari suatu perusahaan khususnya yang beroperasi dalam industri dan wilayah geografis yang berbeda.

Tujuan penyajian informasi menurut segmen adalah menyediakan informasi bagi para pemakai laporan keuangan mengenai skala relatif, kontribusi laba, dan trend pertumbuhan dari berbagai industri dan wilayah geografis perusahaan yang didiversifikasi untuk memungkinkan para pemakai laporan keuangan dapat :
§  Memahami kinerja masa lalu perusahaan secara lebih baik
§  Menilai risiko dan imbalan perusahaan secara lebih baik.
§  Membuat pertimbangan yang lebih baik terhadap perusahaan secara keseluruhan

B.     Pendapatan dan Beban Segmen
1.      Pendapatan Segmen adalah pendapatan yang dapat diatribusikan atau dikaitkan secara langsung pada suatu segmen, atau bagian yang relevan dari pendapatan yang dapat dialokasikan secara layak pada suatu segmen. Pendapatan ini merupakan hasil transaksi baik dengan pihak luar perusahaan maupun dengan segmen lain dalam perusahaan yang sama.
2.      Beban Segmen adalah beban yang dapat ditribusikan secara langsung pada suatu segmen atau bagian yang relevan dari suatu beban yang dapat dialokasikan secara layak sebagai beban suatu segmen.

C.    Dasar Segmentasi
1)      Penjualan kepada pelanggan yang tak mempunyai hubungan istimewa, memberi peluang dasar segmentasi dasar segmentasi jenis-jenis pendapatan sebesar 10% ke atas,
2)      Apabila laba operasi merupakan hal yang penting, maka laba operasi atau rugi operasi 10 % ke atas disajikan terpisah,
3)      Apabila penggunaan aktiva adalah penting, makaaktiva segmen berjumlah 10%  ke atas dari jumlah aktiva entitas dilaporkan terpisah.

D.    Hasil Segmen

Hasil segmen adalah selisih antara pendapatan segmen dan beban segmen dan umumnya mencerminkan laba usaha, meskipun dasar yang lain sering lebih cocok.
Penghasilan bunga dan beban bunga biasanya tidak termasuk dalam hasil segmen kecuali kalau operasi segmen terutama bersifat finansial. Juga pajak penghasilan, hak minoritas (minority interest) dan pos luar biasa (extraordinary item) lazimnya tidak dimasukkan sebagai hasil segmen.

E.     Aktiva dan Kewajiban Segmen

Pengungkapan aktiva segmen memberikan indikasi penggunaan sumber daya untuk mencapai hasil operasi segmen.Aktiva semacam itu termasuk semua aktiva berwujud dan tak berwujud yang dapat diidentifikasi pada segmen tertentu. Aktiva yang dimanfaatkan oleh dua atau lebih segmen harus dialokasikan di antara segmen-segmen tersebut dengan dasar alokasi yang layak.
Kewajiban biasanya tidak dialokasikan karena dianggap berkaitan dengan perusahaan secara keseluruhan atau karena dipandang meningkatkan hasil pembelanjaan dan bukan hasil operasi.

F.     Informasi yang Disajikan

Uraian kegiatan setiap segmen industri yang dilaporkan dan indikasi mengenai komposisi setiap wilayah geografis yang dilaporkan, penjualan atau pendapatan operasi lainnya, dengan pemisahan antara pendapatan dari pelanggan di luar perusahaan dan pendapatan dari segmen lain, hasil segmen, dan aktiva segmen yang digunakan, dinyatakan baik dalam jumlah uang atau sebagai persentase dari jumlah yang dikonsolidasikan. Hubungan antara jumlah dari informasi pada segmen-segmen individual dan informasi agregat dalam laporan keuangan diperjelas dengan menyajikan rekonsiliasi.

G.    Penyajian dalam Pelaporan Segmen

a)      Perusahaan harus menggambarkan aktivitas masing-masing segmen industri dan menunjukkan komposisi masing- masing wilayah geografis yang dilaporkan.

b)      Untuk setiap segmen industri dan geografis yang dilaporkan, informasi keuangan berikut ini harus diungkapkan:
Penjualan atau pendapatan operasi lainnya, dibedakan antara pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan di luar perusahaan dan pendapatan dari segmen lain, hasil segmen, aktiva segmen yang digunakan, dinyatakan dalam jumlah uang atau sebagai persentase dari jumlah yang dikonsolidasikan, dan dasar penetapan harga antar segmen.

c)      Perusahaan harus menyajikan rekonsiliasi antara informasi segmen-segmen individual dan informasi keseluruhan dalam laporan keuangan.

H.    Kebijakan Akuntansi Segmen

Kebijakan akuntansi segmen, Informasi segmen harus disusun dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasi atau perusahaan. Kebijakan akuntansi yang dipilih manajemen untuk menyusun laporan keuangan konsoldasi atau perusahaan dianggap sebagai kebijakan akuntansi yang diyakini manajemen paling sesuai untuk pelaporan keuangan eksternal. Karena tujuan informasi segmen ialah untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami dan membuat penilaian yang lebih memadai mengenai perusahaan secara keseluruhan, pernyataan ini mensyaratka bahwa kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam pelaporan informasi segmen sama dengan kebijakan akuntansi yang telah dipilih manajemen. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa kebijakan akuntansi konsolidasi atau perusahaan diterapkan kepada segmen dilaporkan seolah-olah segmen tersebut ialah entitas pelaporan terpisah yang berdiri sendiridalam menerapkan suatu kebijakan akuntansi pada tingkat perusahaan, perusahaan mungkin melakukan perhitungan secara terperinci yang kemudian dialokasikan kepada berbagai segmen jika terdapat dasar rasional untuk melakukan alokasi tersebut. Sebagai contoh, biaya manfaat pensiun sering kali dihitung unuk perusahaan secara keseluruhan, tetapi angka yang dihitung untuk tingkat perusahaan itu mungkin dialokasikan ke berbagai segmen berdasarkan data gaji dan demografis segmen tersebut.
Pernyataan ini tidak melarang pengungkapan informasi tambahan atas segmen yang disusun berdasarkan kebijakan akuntansi selain yang diterapkan untuk laporan keuangan konsolidasian atau perusahaan sepanjang :
1.      Informasi tersebut dilaporka secara internal kepada rgan perusahaan yang berwenang dalam rangka pegambilan putusan alokasi sumber daya kepada segmen tersebut dan penilaian kinerja segmen tersebut
2.      Dasar pengukuran yang digunakan bagi informasi tambahan tersebut dijelaskan secara memadai
Aset yang digunakan bersama oleh dua segmen atau lebih harus dialokasikan kepada setiap segmen dan hanya jika pendapatan dan beban terkait juga dialokasikan kepada segmen-segmen tersebut.

Cara pengalokasian unsur-unsur aset, kewajiban, pendapatan dan beban kepada berbagai segmen bergantung pada beberapa faktor, seperti karakteristik unsur tersebut, aktivitas yang dilakukan oleh segmen, dan otonomi segmen tersebut. Satu dasar alokasi tertentu tidak mungkin atau tidak tepat apabila ditetapkan bagi semua perusahaan. Demikian juga, tidak tepat apabila unsur-unsur aset, kewajiban, pendapatan, dan beban yang secara bersama berkaitan dengan dua segmen atau lebih dipaksakan aokasinya, jika dasar alokasi tersebut ditetapkan secara arbiter atau sulit dipahami. Disampng itu, definisi pendapatan segmen, beban segmen, aset segmen, dan kewajiban segmen saling berkaitan dan alokasi dari unsur-unsur tersebut harus dilakukan secara konsisten. Dengan demikian, aset yang digunakan bersama dialokasikan kepada setiap segmen, dan hanya jika, pendapatan dan beban yang terkait dengan aset tersebut juga dialokasikan kepada segmen-segmen tersebut. Sebagai contoh, suatu aset dimasukkan sebagai aset segmen jika penyusutan atau amortisasi aset terkait dikurangkan dalam menghitung hasil segmen.


Contoh Laporan Keuangan Segmen
PT ADARO ENERGY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN/
AND SUBSIDIARIES
30 Juni 2009
Keterangan
Pendapatan dari
Pendapatan
Aktiva
Laba (rugi)
Pelanggan Eksternal
antar Segmen
Segmen
Usaha
Penambangan dan perdagangan batu bara
12,173,007
428,287
16,408,951
2,559,770
Jasa Penambangan
554,285
776,741
4,669,696
102,445
Lain-lain
169,595
453,145
6,246,151
336,516
Total
12,896,887
1,658,173
27,324,798
2,998,731

Sumber : Data diolah dari Laporan Keuangan Tahunan PT.ADARO ENERGY Tbk
Uji Pendapatan. Uji pendapatan 10% diterapkan dengan menentukan jumlah pendapatan setiap segmen industri kemudian membandingkan dengan 10% dari gabungan seluruh segmen industri.
Keterangan
Pendapatan dari
Pendapatan
Nilai Uji
Perlukah
Pelanggan Eksternal
antar Segmen
(10% x Rp.14555060)
dilaporkan
Penambangan dan perdagangan batu bara
12,173,007
428,287
> 
1,455,506
ya
Jasa Penambangan
554,285
776,741
< 
1,455,506
tidak
Lain-lain
169,595
453,145
< 
1,455,506
tidak
Total
12,896,887
1,658,173
Uji Aktiva. Uji aktiva dilakukan dengan membandingkan jumlah aktiva masing-masing segmen dengan 10% dari total altiva semua segmen usaha.
Keterangan
Aktiva
Nilai Uji
Perlukah
Segmen
(10% x Rp. 27324798)
Dilaporkan
Penambangan dan perdagangan batu bara
16,408,951.00
> 
2,732,479.80
ya
Jasa Penambangan
4,669,696.00
> 
2,732,479.80
ya
Lain-lain
6,246,151.00
> 
2,732,479.80
ya
Total
27,324,798.00

Uji Laba Usaha. Dalam penerapan uji laba usaha untuk mengidentifikasi segmen yang perlu dilaporkan, nilai absolute laba atau rugi operasi suatu segmen dibandingkan dengan 10% dari yang lebih besar antara laba operasi gabungan semua segmen usaha yang menghasilkan laba atau rugi operasi gabungan senua usaha yang merugi.
Keterangan
laba Operasi
Rugi Operasi
Nilai Uji
Perlukah
Segmen Usaha
Segmen Usaha
(10% x Rp. 2998731)
Dilaporkan
Penambangan dan perdagangan batu bara
2,559,770
0
> 
299,873.10
ya
Jasa Penambangan
102,445
0
< 
299,873.10
tidak
Lain-lain
336,516
0
> 
299,873.10
ya
Total
2,998,731

Telaah Ulang Perlunya Pelaporan (Uji Pendapatan). Segmen jasa penambangan dan segmen lain-lain tidak memenuhi kriteria 10% untuk semua jenis pengujian penentuan segmen yang perlu dilaporkan, sehingga segmen yang perlu dilaporkan adalah penambangan dan perdagangan batu bara. Selain itu segmen yang dilaporkan harus memiliki 75% dari total pendapatan konsolidasi.
Keterangan
Pendapatan dari pelanggan eksternal
Penjualan antar segmen
Nilai Uji (75% x Rp. 14555060 )
Perlukah dilaporkan
Penambangan dan perdagangan batu bara
12,173,007
0
> 
10,916,295.00
ya
jumlah
12,173,007




II.            LAPORAN KEUANGAN INTERIM

A.    Pengertian Laporan Keuangan Interim

Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan interim harus dipandang sebagai bagian yang integral dari periode tahunan. Dapat disusun secara bulanan, triwulanan atau periode lain yang kurang dari setahun dan mencakupi seluruh komponen laporan keuangan sesuai standar akuntansi keuangan.
Laporan Interim diberlakukan untuk perusahaan yang diwajibkan untuk menyajikan laporan keuangan interim oleh peraturan perundangan, misalnya Pasar modal, dan lain-lain. Dan juga untuk industri yang telah diatur dalam standar akuntansi keuangan industri yang bersangkutan, misalnya perbankan, maka harus mengikuti standar khusus tersebut.
Ada dua pandangan tentang Laporan Interim yaitu :
1)   Pandangan yang menganggap periode interim sebagai dasar periode akuntansi dan menyimpulkan bahwa hasil operasi tiap periode ditentukan dengan cara yang sama seperti pada periode tahunan.
2)   Pandangan yang menganggap periode interim sebagai bagian yang integral dengan periode tahunan.Pernyataan ini dikembangkan berdasarkan pandangan kedua yang menganggap laporan keuangan interim sebagai bagian integral dengan periode tahunan.

B.     Pengakuan Dan Pengukuran
Pengakuan dan pengukuran unsur yang sama antara pelaporan keuangan interim dengan pelaporan keuangantahunan adalah:Dasar pengakuan pendapatan.Kebijakan akuntansi dasar pelaporan pada periode interim, kecuali jika ada perubahan dalam standar akuntansi.Penyajian penggolongan aktiva sebagai lancar dan tidak lancar, dan kewajiban sebagai jangka pendek dan jangka panjang.

C.    Beban Dan Biaya
Beban yang dapat dihubungkan dengan pendapatan ditentukan atas dasar yang sama dengan dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tahunan kecuali untuk persediaan:
§  Perusahaan yang dalam periode interim menggunakan estimasi laba kotor  mengungkapkan hal tersebut dalam laporan keuangan interim.
§  Perusahaan yang melakukan penilaian persediaan berdasarkan biaya standar tidak perlu melaporkan penyimpangan atau selisih dengan biaya aktual yang terjadi, jika selisih biaya tersebut tidak material atau diharapkan bisa diselesaikan pada akhir tahun. Pengaruh dari penyimpangan yang tidak direncanakan dan tidak diperkirakan harus dilaporkan pada akhir periode interim dengan prosedur yang sama seperti yang digunakan pada akhir tahun.
§  Kerugian yang disebabkan penurunan harga pasar dan pemulihan harga tidak boleh ditangguhkan untuk dibebankan ke periode di luar periode penurunan harga tersebut.
Biaya dan beban lain-lain untuk periode pelaporan interim, biaya dan beban lain-lain termasuk biaya produksi dibebankan atas dasar yang sama seperti periode tahunan.
Pendapatan dan beban musimanLaporan keuangan interim memberi gambaran pendapatan dan beban periode interim tersebut. Laporan keuangan interim tertentu diperbandingkan dengan periode sebelumnya memberi manfaat yang lebih besar bagi para pemakai laporan dalam contoh kondisi-kondisi sebagai berikut:
ü  Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan interim periode sebelumnya, untuk mengetahui kecenderungan (trend) posisi keuangan dan kinerja.
ü  Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan interim yang sama dalam periode akuntansi yang lalu, untuk mengetahui kecenderungan berulang (cyclical) musiman dari kegiatan usaha.
ü  Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan kumulatif dari awal tahun buku sampai dengan tanggal laporan keuangan interim untuk mengetahui kontribusi atau pengaruh periode interim yang dilaporkan pada periode berjalan.
ü  Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan tahun buku yang lalu, untuk mendapat gambaran pengaruh dan kinerja interim tersebut terhadap posisi keuangan, kinerja dan arus kas periode akuntansi yang lalu.
Penyisihan Pajak PenghasilanPada akhir tiap periode interim, perusahaan harus membuat taksiran pajak penghasilan untuk dibebankan pada periode interim.Perhitungan pajak penghasilan periode interim harus sesuai dengan kebijakan akuntansi tentang pajak penghasilan yang dianut pada akhir tahun.


D.    Pos Dan Transaksi Luar Biasa
§  Penghapusan segmen usaha, penggabungan usaha, pos luar biasa, dan kejadian yang tidak biasa dan tidak sering terjadi harus dibebankan pada periode interim saat terjadinya dan tidak boleh dibebankan pada periode lain.
§  Pos luar biasa harus diungkapkan secara terpisah dan dimasukkan dalam laporan laba rugi periode interim saat pos luar biasa terjadi. Dalam menentukan materialitas, pos luar biasa harus dihubungkan langsung dengan estimasi pendapatan tahunan.
§  Peristiwa atau kejadian yang tidak biasa dan tidak sering terjadi dan berpengaruh material terhadap hasil operasi tetapi tidak dapat dikelompokkan dalam pos luar biasa juga harus dilaporkan dan diungkapkan secara terpisah dalam laporan laba rugi periode interim.
§  Kewajiban kontinjen dan ketidakpastian lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi kewajaran penyajian data keuangan pada tanggal neraca harus diungkapkan dalam laporan keuangan interim dengan cara yang sama seperti dalam laporan keuangan tahunan. Pengungkapan tersebut harus diulang dalam laporan keuangan interim berikutnya dan dalam laporan keuangan tahunan sampai kewajiban kontinjen itu terselesaikan.

E.     Perubahan Akuntansi
§  Penghapusan segmen usaha, penggabungan usaha, pos luar biasa, dan kejadian yang tidak biasa dan tidak sering terjadi harus dibebankan pada periode interim saat terjadinya dan tidak boleh dibebankan pada periode lain.
§  Pos luar biasa harus diungkapkan secara terpisah dan dimasukkan dalam laporan laba rugi periode interim saat pos luar biasa terjadi. Dalam menentukan materialitas, pos luar biasa harus dihubungkan langsung dengan estimasi pendapatan tahunan.
§  Peristiwa atau kejadian yang tidak biasa dan tidak sering terjadi dan berpengaruh material terhadap hasil operasi tetapi tidak dapat dikelompokkan dalam pos luar biasa juga harus dilaporkan dan diungkapkan secara terpisah dalam laporan laba rugi periode interim.
§  Kewajiban kontinjen dan ketidakpastian lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi kewajaran penyajian data keuangan pada tanggal neraca harus diungkapkan dalam laporan keuangan interim dengan cara yang sama seperti dalam laporan keuangan tahunan. Pengungkapan tersebut harus diulang dalam laporan keuangan interim berikutnya dan dalam laporan keuangan tahunan sampai kewajiban kontinjen itu terselesaikan.

F.     Penyajian Laporan Keuangan Interim
Laporan keuangan interim meliputi neraca, laporan laba rugi dan saldo laba interim, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan interim harus disajikan secara komparatif dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Perhitungan laba-rugi interim harus mencakup periode sejak awal tahun buku sampai dengan periode interim terakhir yang dilaporkan (year-to-date).Laporan keuangan interim harus menggolongkan aktiva sebagai kelompok lancar dan tidak lancar, dan kewajiban sebagai kelompok jangka pendek dan jangka panjang sesuai laporan keuangan tahunan. Khusus untuk perusahaan tertentu seperti bank dan asuransi yang mempunyai metode khusus dalam penggolongan aktiva, maka penggolongan aktiva harus dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.

G.    Lampiran


























TRANSAKSI MATA UANG ASING

A.    Transaksi Mata Uang Asing

Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang fungsional dari suatu entitas. Di Indonesia, akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan tahun 2007 yaitu PSAK No.10 tentang transaksi dalam mata uang asing dan PSAK No.11 tentang penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs.

Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. Beberapa kurs yang digunakan :
1)      Kurs Spot (spot rate)
Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi.
2)      Kurs Sekarang (current rate)
Kurs dimana 1 unit mata uang dapat dipertukarkan dengan mata uang lain pada tanggal neraca atau tanggal transaksi.
3)      Kurs Historis (historical rate)
Kurs yang berlaku pada tanggal tertentu terjadinya transaksi.
4)      Forward Rate
Kurs tertentu yang disepakati dan digunakan dalam transaksi kontrak berjangka.
Ketentuan PSAK No.10 tentang Transaksi Mata Uang Asing
Transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan:
a)      Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing;
b)      Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu mata uang asing;
c)      Menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana; atau
d)     Memperoleh atau melepaskan asset, dan menimbulkan atau melunasi kewajiban yang didenominasi dalam suatu mata uang asing.

Perlakuan akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing selain kontrak berjangka adalah:
1.      Pengakuan awal
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs spot (spot rate). Suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan:
§  Membeli atau menjual barang dan jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing.
§  Hutang atau Piutang dana yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing.
§  Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana, atau
§  Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing.
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi.
Contoh 1:
Pada tanggal 24 februari 2011, PT F melakukan penjualan ekspor dengan nilai US$ 100.000, KTBI yang berlaku pada tanggal tersebut sebesar 1 US$ = Rp. 9.000
Jurnal
24 Feb    Piutang Usaha                                                 900.000.000
                           Penjualan                                                                     900.000.000
               *) 100.000 x 9.000 = 900.000.000
Contoh 2:
Pada tanggal 25 Maret 2011, PT F melakukan impor mesin dari swedia US$ 200.000, KTBI yang berlaku pada tanggal tersebut sebesar 1 US$ = Rp. 9.500
Jurnal
25 Mar   Mesin                                                  1.900.000.000
                           Utang Usaha                                                               1.900.000.000
               *) 200.000 x 9.500 = 1.900.000.000

2.      Pelaporan pada Tanggal Neraca Berikutnya
Pada setiap tanggal neraca:
a)      Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank  Indonesia sebagai indikator yang obyektif;
b)      Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi.
c)      Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.
Nilai terbawa dari suatu pos ditentukan sesuai dengan standar akuntansi yang relevan

Contoh:
Dari dua contoh diatas, misanya KTBI pada 31 desember 2011 1 US$ = Rp. 9.750
Ayat jurnal penyesuaian yang dibuat pada akhir tahun adalah
31 Des             Piutang Usaha                                                 Rp.75.000.000
                                   
            Keuntungan Atas Selisih Kurs                        Rp. 75.000.000

Piutang pada tanggal neraca               975.000.000
Carrying amount                    
            900.000.000
Keuntungan Atas Selisih Kurs              75.000.000

31 Des             Kerugian Atas Selisih Kurs                             1.950.000.000
                                    Utang Usaha                                                               1.950.000.000
Utang pada tanggal neraca     1.950.000.000
Carrying amount                     1.900.000.000
Kerugian Atas Selisih Kurs          50.000.000

PT. F
Laporan Laba Rugi (Parsial)
Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011


Penjualan                                                         Rp.900.000.000
..................................
Keuntungan atas Selisih Kurs
                         Rp.  25.000.000
..................................

PT. F
Neraca (Parsial)
Per  31 Desember 2011

Aset Lancar
Piutang Usaha                                                 Rp.    975.000.000
……………….
Aset Tetap
Mesin                                                              Rp. 1.900.000.000
………………..
Kewajiban
Utang Usaha                                                   Rp. 1.950.000.000
………………..


3.      Pengakuan Selisih Kurs
Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.

Contoh Transaksi

Transaksi selesai dalam suatu periode akuntansi
Contoh Pembelian Impor
Pada 26 November 2010, PT. F melakukan impor bahan baku dengan nilai sebagai berikut, CIF US$ 10.000, Bea Masuk 5%, PPN Impor 10%, PPh Pasal 22 yang dipungut Bea Cukai 2%. Kurs KMK 9.000 dan KTBI 9.100. Pada tanggal 26 Desember 2010 PT. F melunasi hutang impor tersebut, pada tanggal tersebut Kus KMK 9.050 dan KTBI 9.150.
Pencatatan pada saat impor
CIF     US$ 10.000 x 9.100                                                                Rp.91.000.000
BM 5% (US$ 10.000 x 9.000)
                                                           Rp.4.500.000
Harga Perolehan                                                                                 Rp.  95.500.000
PPN Impor  10% (US$ 10.000 x 9.000)                                            Rp.9.000.000
PPh Pasal 22 2,5% (US$ 10.000 x 9.000)                                         Rp. 2.250.000

Jurnal
26 Nov           Bahan Baku                                                    95.500.000
                       PPN Masukan                                                    9.000.000
                       Piutang Pajak PPh Pasal 22                               2.250.000
                                   Kas/Bank                                                                    15.750.000
                                   Utang Usaha                                                               91.000.000

Pencatatan pada saat pelunasan
Nilai utang tercatat                                                                            Rp. 91.000.000
Nilai utang pada saat pelunasan US$ 10.000 x 9.150                       Rp. 91.500.000
Kerugian Selisih Kurs                                                                        Rp.500.000




Jurnal
26 Des            Utang Usaha                                                   Rp. 91.000.000
Kerugian atas Selisih Kurs                              Rp.500.000
Kas/Bank                                                                    91.500.000

Contoh Penjualan Ekspor
Pada 24 Februari 2010, PT. F melakukan ekspor dengan nilai sebagai berikut, CIF US$ 20.000.Kurs KMK 9.500 dan KTBI 9.400. Pada tanggal 25 Maret 2010 PT. F menerima pembayaran atas penjualan tersebut, pada tanggal tersebut Kurs KMK 9.550 dan KTBI 9.500.
Pencatatan pada saat ekspor

CIF      US$ 20.000 x 9.400                            Rp.  188.000.000
Jurnal
24 Feb Piutang Usaha                                                 Rp. 188.000.000
                        Utang Usaha                                                               Rp. 188.000.000
Pencatatan pada saat pelunasan

Nilai piutang tercatat                                                                          Rp. 188.000.000
Nilai piutang pada saat pelunasan US$ 20.000 x 9.500                     Rp. 190.000.000
Keuntungan Selisih Kurs                                                                    Rp.2.000.000
Jurnal
25 Mar Kas/Bank                                                        Rp. 190.000.000
                        Keuntungan atas Selisih Kurs                         Rp. 2.000.000
                                    Piutang Usaha                                                             Rp. 188.000.000

Transaksi selesai melewati suatu periode akuntansi

Contoh Pembelian Impor
Pada 26 November 2010, PT. F melakukan impor bahan baku dengan nilai sebagai berikut, CIF US$ 10.000, Bea Masuk 5%, PPN Impor 10%, PPh Pasal 22 yang dipungut Bea Cukai 2%. Kurs KMK 9.000 dan KTBI 9.100.Pada tanggal 31 desember 2010, kurs KMK 9.100 dan KTBI 9.200. Pada tanggal 26 Januari 2011 PT. F melunasi hutang impor tersebut, pada tanggal tersebut Kus KMK 8.950 dan KTBI 9.000.

Pencatatan pada saat impor

CIF      US$ 10.000 x 9.100                                                                            Rp.91.000.000
BM 5% (US$ 10.000 x 9.000)                                                                        Rp.4.500.000
Harga Perolehan                                                                                              Rp.  95.500.000
PPN Impor  10% (US$ 10.000 x 9.000)                                                         Rp.    9.000.000
PPh Pasal 22 2,5% (US$ 10.000 x 9.000)                                                      Rp. 2.250.000
Jurnal
26 Nov            Bahan Baku                                                    Rp.95.500.000           
                        PPN Masukan                                                 Rp.9.000.000
                        Piutang Pajak PPh Pasal 22                            Rp.2.250.000
                                    Kas/Bank                                                        Rp.15.750.000
                                    Utang Usaha                                                   Rp.91.000.000
Pencatatan pada tanggal neraca

Nilai utang tercatat                                                                 Rp.91.000.000
Nilai utang pada tanggal neraca US$ 10.000 x 9.200                       
Rp.92.000.000
Kerugian Selisih Kurs
                                                            Rp.1.000.000
Jurnal
31 Des Kerugian atas Selisih Kurs                              Rp.1.000.000
                        Utang Usaha                                                              
Rp. 1.000.000
Pencatatan pada saat pelunasan
Nilai utang tercatat                                                                 Rp.92.000.000
Nilai utang pada saat pelunasan US$ 10.000 x 9.000                       
Rp.90.000.000
Keuntungan Selisih Kurs                                           
            Rp. 2.000.000


Jurnal
26 Des Utang Usaha                                                   Rp.92.000.000
                        Keuntungan atas Selisih Kurs
                                    Rp.2.000.000
                        Kas/Bank                                                                   
Rp.90.000.000
Contoh Penjualan Ekspor
Pada 24 Februari 2010, PT. F melakukan ekspor dengan nilai sebagai berikut, CIF US$ 20.000.Kurs KMK 9.500 dan KTBI 9.400.Pada tanggal 31 desember 2010, kurs KMK 9.100 dan KTBI 9.200. Pada tanggal 25 Maret 2011 PT. F menerima pembayaran atas penjualan tersebut, pada tanggal tersebut Kurs KMK 9.350 dan KTBI 9.300.
Pencatatan pada saat ekspor
CIF      (US$ 20.000 x 9.400)             Rp.  188.000.000
Jurnal
24 Feb Piutang Usaha                                                 Rp.188.000.000
                        Utang Usaha                                                              
Rp.188.000.000

Pencatatan pada tanggal neraca
Nilai piutang tercatat                                                              Rp.188.000.000
Nilai piutang pada tanggal neraca US$ 20.000 x 9.200        
Rp.184.000.000
Keuntungan Selisih Kurs                                                        Rp. 4.000.000
Jurnal
31 Des Piutang Usaha                                                 Rp.4.000.000
                        Keuntungan atas Selisih Kurs                                    
Rp.4.000.000

Pencatatan pada saat pelunasan
Nilai piutang tercatat                                                                          Rp.184.000.000
Nilai piutang pada saat pelunasan US$ 20.000 x 9.300                    
Rp.186.000.000
Kerugian Selisih Kurs                                                                         Rp.2.000.000

Jurnal
25 Mar             Kas/Bank                                                        Rp.184.000.000
                        Kerugian atas Selisih Kurs                              Rp.2.000.000
                                    Piutang Usaha                                                 Rp.186.000.000

B.     Risiko Mata Uang Asing (Foreign Currency Risk)
Valuta asing atau biasa disebut juga dengan kata lain seperti valas, Foreign Exchange, forex atau juga fx adalah mata uang yang di keluarkan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain pasar valuta asing sendiri mengalami pertumbuhan yang pesat pada awal decade 70’an. Valuta Asing yang biasa disingkat Valas atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai forex ( singkatan dari Foreign Exchange ), yang berarti pertukaran uang dari nilai mata uang yang berbeda pasar valuta asing ini menyediakan pasar sarana fisik maupun dalam pasar kelembagaan untuk melakukan perdagangan mata uang asing, menentukan nilai tukar mata uang asing, dan menerapkan managemen mata uang asing.

Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai mata uang negara lainnya.Perusahaanyang beroperasimelintasibatas-batas negarayang terkenarisikoperubahannilai tukar mata uang.Kamimeneliti efek dariperubahan kurs terhadappenjualandilaporkan,pendapatan, arus kas, aset, kewajiban, dan kekayaan bersih.Efek inijugamendistorsirasio keuanganberdasarkan datatersebut.Perusahaandenganrisiko mata uang asingharus, karena itu, pertama-tamamemutuskan apakahuntuk lindung nilairisikoakuntansiataurisikoekonomioperasi asing.

Untuk dapat mengurangi risiko valas, maka salah satu strategi yang dapat dipergunakan adalah dengan cara mengatasi exposure yang disebabkan oleh mata uang asing, maka dapat dilakukan “Hedging”. Hedging adalah suatu aktivitas lindung nilai dalam rangka mengantisipasi pergerakan mata uang asing.Manfaat dari hedging yaitu melindungi asset perusahaan dari potensi kerugian valas, serta mengurangi variasi dari arus kas di masa depan. Perusahaan memperoleh suatu kepastian melalui hedging.

C.    DASAR DERIVATIF DAN LINDUNG NILAI (HEDGE)
1.      Pengertian Derivatif
Derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya diturunkan atau berasal dari produk yang menjadi "acuan pokok" atau juga disebut " produk turunan"(underlying product); daripada memperdagangkan atau menukarkan secara fisik suatu aset, pelaku pasar membuat suatu perjanjian untuk saling mempertukarkan uang, aset atau suatu nilai disuatu masa yang akan datang dengan mengacu pada aset yang menjadi acuan pokok.

Derivatif digunakan oleh manajemen investasi/ manajemen portofolio, perusahaan dan lembaga keuangan serta investor perorangan untuk mengelola posisi yang mereka miliki terhadap resiko dari pergerakan harga saham dan komoditas, suku bunga, nilai tukar valuta asing "tanpa" mempengaruhi posisi fisik produk yang menjadi acuannya (underlying).

Menurut PSAK 55 Derivatif adalah suatu instrumen keuangan atau kontrak lain dengan tiga karakteristik berikut ini:
1.      Memiliki:
·         Satu atau lebih variabel pokok yang mendasari (under- lying) ,dan
·         Satu atau lebih jumlah nosional (notional amount) atau syarat pembayaran atau keduanya.
2.      Persyaratan perjanjian tidak memerlukan investasi awal bersih (initial net investment), atau memerlukan investasi awal bersih dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan oleh jenis perjanjian lainnya yang diperkirakan akan menghasilkan efek yang sama terhadap perubahan dalam faktor-faktor pasar.
3.      Persyaratan perjanjian mengharuskan atau memungkinkan penyelesaian sekaligus (net settlement), atau instrumen derivative dapat segera diselesaikan dengan sarana terpisah di luar perjanjian tersebut, atau persyaratan perjanjian mengakibatkan penyerahan aktiva sehingga penyelesaian yang terjadi secara substansial tidak berbeda dengan net settlement.
Menurut Siahaan (2008), derivatif adalah semacam kendaraan keuangan yang diturunkan atau diperanakkan dari induknya apakah induknya ini asset keuangan saham atau obligasi, komoditi, atau berbagai macam indeks seperti IHSG, LQ45, Hanseng, dan jenis-jenis lainnya. Sedangkan Wikipedia mendefinisikan derevatif sebagai sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya diturunkan atau berasal dari produk yang menjadi acuan pokok.
Definisi diatas memberikan pandangan bahwa derivatif merupakan kontrak perjanjian dan kesepakatan antara dua belah pihak pembeli dan penjual yang didalam kontraknya telah disepakati sekarang, namun realisasinya dimasa yang akan datang.

2.      Jenis Derevatif

Berdasarkan sifatnya derevatif dikelompokkan menjadi dua bagian (Madura: 2006) yaitu;
a)      Derivatif Komoditas
Derevatif komuditas merupakan kontrak derevatif yang terjadi pada barang-barang komoditi, seperti produk hasil pertanian, perkebunan, perikanan (soft commodities) dan hasil pertambangan, emas dll.(hard commodities).

b)      Derivatif Keuangan
Derevatif keuangan merupakan kontrak derevatif yang terjadi pada instumen keuangan, seperti mata uang, saham, indeks gabungan, tingkat bungan jangka pendek, surat pembendaharaan negara dan obligasi.

3.      Instrumen Derivatif

a)      Futures Contracts
Menurut Siahaan & Manurung (2006: 25), beberapa hal yang perlu diketahui mengenai futurescontracts antara lain:
§  Futurescontracts merupakan kesepakatan membeli atau menjual aktiva tertentu pada tanggal tertentu dengan harga yang telah ditetapkan di masa yang akan datang.
§  Transaksi futurescontracts dilakukan pada bursa resmi melalui sistemclearinghouse.
§   Syarat-syarat dalam jumlah kontrak (mis: jumlah, kuantitas, tanggal pengiriman, dsb) sangat baku dan sangat standardized.
§   Laba dan rugi diselesaikan setiap hari, aliran kas terjadi secara harian.
§   Untuk memulai transaksi, harus terlebih dahulu menyetor uang jaminan, marginatau collateral.
§  Biasanya dipergunakan untuk memastikan harga di masa yang akan datang.
Karakteristik Future Contract
Adapun karakteristik dari futurescontracts antara lain:
·         Perlu transfer tunai pada awal transaksi. Transfer tunai sebagai jaminan (margin).
·         Transfer tunai harus dilakukan setiap hari.
·         Risiko kredit sangat kecil.
·         Kontrak yang disesuaikan dengan kebutuhan dua pihak tidak tersedia.
·         Kontrak yang tersedia terutama untuk jangka pendek (paling lama satu tahun).
·         Pasar lebih aktif dibandingkan pasar forward, untuk kontrak-kontrak tertentu.
·         Posisi semula dapat ditutup atau dibalik dengan cepat.
Formula
Futures Price untuk pasar komoditas:
Fo = So (1 + rf + c)n
Keterangan:
Fo = futures price teoretis
So = Spot price (harga pasar) saat ini
rf = tingkat bunga bebas risiko, misalnya bunga SBI
c  =carrying cost
n = waktu yang dibutuhkan sampai pada tanggal penyerahan (masa kontrak)



Contoh Kasus

Harga Crude di New York Board of Trade (NYBoT) US$140/barel. Bunga 3%, biaya gudang 0,1% per bulan dan asuransi 0,01% per bulan. Berapa future price untuk masa 6 bulan mendatang?
Jawab:
Diketahui:
Biaya carrying cost disetahunkan = biaya gudang = 1,2%
Biaya asuransi disetahunkan = 0,12%
Penyelesaian:
Fo= So (1+rf+c)n
     = 140 (1 + 0,03 + 0,012 + 0,0012)6/12
     = 140 x 1,021372
     = US$ 142,99 /barel

b)     Forward Contracts
Menurut Siahaan & Manurung (2006: 24), beberapa hal yang perlu diketahui mengenai forward contracts antara lain:
§  Kesepakatan membeli atau menjual aktiva tertentu pada tanggal tertentu di harga yang telah ditetapkan di masa yang akan datang.
§  Transaksi selalu dilakukan melalui broker dengan telepon atau telex.
§  Biasanya digunakan untuk memastikan harga di masa yang akan datang.
Karakteristik

Adapun karakteristik dari futurescontracts antara lain:
·         Tidak perlu transfer tunai pada awal transaksi. Transfer tunai hanya saat jatuh tempo.
·         Terdapat risiko kredit.
·         Kontrak sesuai dengan kebutuhan dua pihak, digunakan khusus untuk lindung nilai.
·         Kontrak yang tersedia diperjualbelikan adalah untuk sekuritas utang jangka pendek (paling lama satu tahun).
Formula

Futures Price untuk pasar modal:

Fo = So (1 + rf -d)n

Keterangan:
Fo = futures price teoretis
So = Spot price, harga saham di pasar saat ini
rf   = risk free, suku bunga bebas risiko misalnya bunga SBI
d  = dividen yield
n = waktu yang dibutuhkan sampai pada tanggal penyerahan (masa kontrak)

Contoh Kasus

Harga saham TLKM di BEI Rp  10.000, tingkat suku bunga SBI 9%, dan dividen akan diterima dalam 3 bulan mendatang sebesar Rp 500. Berapa future price saham TLKM pada 3 bulan mendatang?
Jawab:
Fo = So (1 + r - d)n
= 10.000 [(1+0,09)3/12 + 500/10.000]
= 10.000 x [1,021778 + 0,05]
= 10.718

c)      Option Contracts
Menurut Siahaan & Manurung (2006: 25), beberapa hal yang perlu diketahui mengenai optioncontracts antara lain:
§  Hak membeli atau menjual aktiva tertentu pada harga pada (sebelum) tanggal tertentu yang telah ditetapkan di masa yang akan datang.
§  Transaksi dilakukan baik melalui broker dengan telepon atau telex, maupun di bursa resmi.
§  Biasanya digunakan untuk menentukan harga tertinggi dan terendah.
Karakteristik
·        
Pembeli atau kontrak opsi dapat membatasi kerugian maksimum, tapi selalu terbuka kesempatan menguntungkan dari pergerakan harga.
·         Pembeli harus membayarr premi (harga/biaya)
·         Pembeli menghadapi risiko kredit dari penjual. (pembeli punya hak, penjual punya kewajiban).
·         Untuk kebutuhan lindung nilai tertentu tersedia kontrak tailor made.
·         Kontrak tersedia terutama untuk kontrak jangka pendek.
Contoh Kasus

Anda memiliki modal sebesar Rp 1.000.000.Ada 3 pilihan investasi yang dapat dilakukan.
1.      Beli saham dengan harga pasar Rp 5.000 per unit saham, investasi 200 saham.
2.      Beli opsi saham dengan exercise price Rp 5000 premium Rp 500 atau 2000 opsi sebesar 20 kontrak.
3.      Beli 2 kontrak opsi atau 200 opsi saham sebesar Rp 100.000 dan sisa Rp 900.000 didepositokan dengan tingkat bunga 4% selama 6 bulan.


Berapa tingkat return masing-masing jika stock price 6 bulan mendatang Rp 4.000 dan pilihan investasi mana yang menguntungkan atau merugikan paling tinggi?
Jawab:
1)      Return investasi saham = [200 x (Rp 4.000 – Rp 5.000)] : Rp 1.000.000 = - 0,20 (rugi 20%)
2)      Return investasi di option market bersifat negatif sebesar premium yang dibayar karena stock price di bawah exercise price = [2.000 x Rp 500] : 1.000.000 = 1 atau rugi 100%
3)      Return investasi campuran:
Rugi sebesar premium = 200 x Rp 500                      = Rp 100.000
Deposito 4% x Rp 900.000                            = Rp   36.000
Total Rugi                                                      = Rp   64.000
Return negatif                                    = 64.000/1.000.000 = 6,4% rugi.
Investasi campuran yang paling rendah ruginya.
d)     Swap Contracts
Swap adalah kesepakatan antara dua pihak (perusahaan) untuk saling mempertukarkan arus kas di masa tertentu (selama kurun waktu tertentu) yang akan datang. Dalam kesepakatan ditentukan secara spesifik tanggal pembayaran tunai dan cara menghitung jumlah tunai yang akan saling dipertukarkan (dibayarkan masing-masing pihak). Biasanya di dalam perhitungan telah dipertimbangkan/diperhitungkan nilai yang akan datang tingkat bunga, kurs mata uang, dan variabel-variabel lainnya yang relevan.

Menurut Siahaan & Manurung (2006: 26), beberapa hal yang perlu diketahui mengenai swapcontracts antara lain:
§  Suatu kesepakatan saling mempertukarkan arus kas selama interval waktu tertentu.
§  Serial pembayaran kontrak dilakukan sesuai dengan jadwal.
§  Transaksi lewat broker dengan menggunakan  telepom dan telex.
§  Biasanya digunakan untuk mematok harga untuk jangka panjang di masa yang akan datang.
Karakteristik
·         Tidak perlu transfer uang tunai pada awal perjanjian.
·         Mengandung risiko kredit.
·         Untuk kebutuhan lindung nilai tertentu tersedia kontrak-kontrak yang tailor made.
·         Tersedia kontrak-kontrak untuk jangka waktu menengah dan jangka panjang (satu sampai sepuluh tahun).
Contoh Kasus

PT Hana Lee memiliki utang US$ 5 juta diterima pada bulan Juni 2008 dan harus dibayar kembali pada bulan Juni 2012. Perusahaan melakukan swap dengan bank devisa nasional atas utang US$ 5 juta selama 5 tahun dengan persyaratan berubah setiap 6 bulan dengan metode Penjualan dan Pembelian Kembali.
Persyaratan 6 bulan termin pertama
Tahap 1, bersepakat dengan persyaratan untuk termin pertama dan ditandatangani akhir Juni 2008:
1.Metode swap: selling and buying
2.Jumlah dana US$ 5 juta
3.Kurs Dollar AS di pasar spot akhir Juni Rp 9.940
4.Kurs Dollar AS pada akhir temin pertama Desember 2008 (swap price) disepakati = Rp 10.178
5.Tanggal kontrak: jatuh tempo final: akhir Juni 2012
6.Jatuh tempo interim = akhir Desember 2008
Kurs Dollar AS masa datang dihitung berdasarkan perbandingan tingkat bunga rupiah (8%) dan Dollar dikalikan kurs Dollar AS saat ini. Jadi swap price =9.940 x [1,08/1,03]6/12 = 10.178
a.       Berapa besar untung rugi swappada masa termin pertama 6 bulan, jika spot price pada akhir Desember 2008 Rp 10.163/US$?
b.      Seandainya tidak melakukan hedging, berapa untung atau rugi beda kurs perseroan?
Jawab:
a.       Untuk masa 6 bulan termin pertama perusahaan membayar:
Swap fee = (Rp 10.178 – Rp 9.940) x 5.000.000                              =       Rp 1.190.000.000
Kerugian beda kurs = 5.000.000 x (Rp 10.163 – Rp 9.940)             =       Rp 1.115.000.000
Kerugian karena dugaan kurs meleset (imperfecthedge)                  =       Rp      75.000.000

Perbedaan:
1.      Perbedaan antara spot price dengan spot market saat kontrak ditandatangani disebut swap fee.
2.      Perbedaan antara spot price awal kontrak dan spot price saat jatuh tempo sebagai untung/rugi beda kurs.
3.      Jika spot price awal kontrak lebih rendah daripada spot price saat jatuh tempo berarti keuntungan nasabah.
4.      Jika swap price lebih tinggi daripada spot price pada saat jatuh tempo berarti kerugian nasabah.

b.      Jika tidak melakukan hedging, kerugian = 5.000.000 x (Rp 10.163 – Rp 9.940) = Rp 1.115.000.000, sedangkan melakukan hedging total kerugian mencapai Rp 1.190.000.000. Hedging tidak selalu mengurangi kerugian, jika dugaan melesat jauh justru dapat menambah kerugian. Dalam contoh ini, kurs diperkirakan Rp 10.178/US$1, kenyataannya Rp 10.163/US$.

4.      Hedging

Lindung nilai atau hedging, atau hedge merupakan istilah yang sangat popular dalam perdagangan berjangka.Dimana hedging merupakan salah satu fungsi ekonomi dari perdagangan berjangka, yaitu transfer of risk.Hedging merupakan suatu strategi untuk mengurangi risiko kerugian yang diakibatkan oleh turun-naiknya harga.

Lindung Nilai (Hedging) adalah teknik manajemen risiko dengan menggunakan derivatif atau instrumen hedging lainnya untuk mengkompensasi (offset) perubahan nilai wajar atau perubahan arus kas terkait asset, kewajiban, dan transaksi-transaksi di masa depan. IAS 39 mencakup prinsip-prinsip akuntansi khusus untuk aktivitas hedging.Apabila kondisi-kondisi tertentu terpenuhi, entitas diperbolehkan untuk menyimpang dari ketentuan-ketentuan akuntansi yang lazim dan menerapkan hedge accounting untuk asset dan kewajiban yang terkait dengan aktivitas hedging.Ketentuan perlakuan akuntansi mengenai hedging bersifat opsional; entitas tidak diharuskan untuk menerapkannya. Pengaruh hedge accounting adalah, keuntungan atau kerugian atas instrumen hedgingdan item-item yang dilindunginya diakui dalam periode yang sama; keuntungan dan kerugian ditandingkan dalam periode yang sama.

Terdapat dua unsur dalam aktivitas hedging :
  1. Instrumen hedging, mencakup derivatif, asset keuangan non-derivatif, atau kewajiban keuangan non-derivatif. Semua kontrak derivatif dengan pihak eksternal bisa digunakan sebagai instrumen hedging, kecuali untuk sebagian written options. Asset dan kewajiban non-derivatif hanya bisa digunakan sebagai instrumen hedging atas risiko mata uang asing. Untuk menjadi instrumen hedging, nilai wajar instrumen hedging atau arus kas yang diakibatkannya harus mengkompensasi perubahan nilai wajar atau arus kas asset, kewajiban, atau transaksi yang dilindunginya. Untuk tujuan hedging, hanya instrumen yang terkait dengan pihak eksternal saja yang boleh digunakan sebagai instrumen hedging.
  2. Item yang dilindungi, (hedged item) mencakup asset, kewajiban, komitmen perusahaan, transaksi yang akan terjadi di masa depan, atau investasi netto dalam operasi luar negeri. Untuk menjadi item yang dilindungi, suatu item harus berisiko bagi perusahaan, nilai wajar atau arus kas yang diakibatkannya di masa depan mungkin berubah dan mempengaruhi laba perusahaan.
IAS 39 mengidentifikasi tiga jenis hedging :
  1. Fair value hedges, atau lindung nilai wajar.
Menurut Epstein & Jermakowicz (2008),fair value hedges, atau perlindungan nilai wajar, adalah penggunaan instrumen derivatif atau instrumen keuangan lainnya untuk melindungi perusahaan dari risiko terkait perubahan nilai wajar (fair value) asset atau kewajiban yang diperkirakan akan mempengaruhi laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Baik item-item asset/kewajiban yang dilindungi maupun derivatif yang digunakan sebagai instrumen hedging atas asset/kewajiban itu harus dinyatakan kembali dengan nilai wajar yang berlaku pada akhir periode. Untung (gains) atau rugi (losses) atas item-item itu harus segera diakui dalam laba/rugi periode, tidak ditangguhkan.
  1. Cash flow hedges, atau lindung arus kas.
Menurut Epstein & Jermakowicz (2008), cash flow hedges adalah perlindungan, dengan menggunakan instrumen derivatif atau instrumen keuangan lainnya, dari risiko variabilitas arus kas terkait dengan diakuinya asset/kewajiban (misalnya, pembayaran bunga atas pinjaman dengan suku bunga variabel) atau ramalan akan terjadinya suatu transaksi (misalnya, penjualan atau pembelian yang akan dilakukan) di masa mendatang, di mana variabilitas arus kas itu diperkirakan akan mempengaruhi laba atau rugi yang dilaporkan.
  1. Lindung investasi netto dalam operasi luar negeri.
Keuntungan melakukan Hedging

Hedging memberikan beberapa keuntungan ekonomis baik untuk pihak produsen, pabrikan, prosessor, eksportir, maupun konsumen (BAPPEBTI, 1997) sebagai berikut:
a.       Hedging merupakan sarana untuk mengurangi atau meminimalkan risiko harga apabila terjadi perubahan harga yang tidak sesuai dengan yang diperkirakan, disebut “risk insrance”.
b.      Bagi produsen atau pemilik komoditi, hedging merupakan alat marketing (a marketing tool). Dengan melakukan hedging, para petani dapat menentukan harga penjualan produknya, sebelum, selama, dan sesudah panen melalui pasar berjangka. Mereka dapat menentukan suatu jumlah penerimaan yang akan diperoleh dikemudian hari dengan menyimpan produk tersebut untuk dijual kemudian.
c.       Bagi pengolah komoditi, hedging tersebut merupakan suatu alat pembelian (a purchasing tools). Melalui pasar berjangka mereka menentukan harga pembelian bahan baku yang akan diolah dikemudian hari, sehingga dapat menetapkan biaya produksi dan akhirnya dapat dengan pasti menetapkan harga jualnya untuk masa yang akan dating.
d.      Dengan adanya hedging pihak kreditor (bank) lebih berani memberikan kredit kepada produsen atau pemilik komoditi yang telah menghedge komoditinya. Karena dengan melakukan tindakan tersebut, pemilik komoditi telah memperkecil risiko fluktuasi harga dari komoditi yang akan dihasilkan atau bahan yang dibeli, sehingga profit yang ditargetkan lebih pasti dan hal ini merupakan jaminan bank bahwa uang yang diberikan dapat kembali dan bunganya dapat dibayar. Biasanya bank hanya menyediakan 50 persen dari modal kerja bagi produk atau persediaan yang tidak dihedge, sedangkan bagi yang melakukan hedging mendapat kredit 90 persen dari modal kerja.
e.       Melalui hedging, konsumen akhir akan dibebankan harga jual yang lebih rendah dan stabil hal ini dikarenakan baik produsen maupun processeor mampu memperkecil biaya akibat fluktuasi harga yang merugikan, serta adanya kesempatan untuk memperbesar operting capital.

Kerugian Melakukan Hedging

Selain keuntungan yang diperoleh, hedging juga mempunyai beberapa kerugian yang harus dihadapi hedger (BAPPEBTI, 1997), yaitu:
a.       Risiko basis
Perkembangan harga di pasar fisik kadang-kadang tidak berkorelasi secara wajar (tidak searah) dengan pasar berjangka, sehingga risiko yang ada tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya.
b.      Biaya
Dengan melakukan hedging terdapat beban biaya bagi hedger, antara lain, biaya angkut, biaya bunga bank, biaya gedgung, biaya asuransi, pembayaran margin dan biaya transaksi. Oleh karena itu, hedger harus mempertibangkan biaya-biaya tersebut sebelum melakukan hedging.

c.       Ketidaksesuaian (incompatible) antara kondisi fisik dan futures
Hal ini terjadi mengingat mutu dan jumlah produk yang dihedge tidak selalu sama dengan mutu dan jumlah standar kontrak yang diperdagangkan. Oleh karena itu hedger dituntut agar mampu menyesuaikan perbedaan-perbedaan tersebut dengan cara melakukan hedging yang sesuai dengan volume produksinya.
Ilustrasi:Hedging Atas Komitmen Pembelian Mata Uang Asing Yang Dapat Diidentifikasi

Pada tanggal 2 oktober 19x7 , PT elang perkasa melakukan kontrak dengan emerald corporation, untuk pembayaran 1000 peti minuman bourbon pada harga 60.000 riyal pada saat kurs spot riyal Rp 750. Dibayar tanggal 31 maret 19x8.untuk melakukan hedging ini, PT elang perkasa membeli 60.000 riyal yang akan diterimanya dalam waktu 180 hari dengan kurs forward Rp775kurs spot yang berlaku 31 desember dan 31 maret 19x8 Rp 740 dan Rp 730.
Asumsikan kasusu pembelian ini dicatat dengan cara yang sama dengan perlakuan untuk hedging atas posisi kewajiban bersih yang diekspos. Jurnalnya:

2 oktober 19x7

Piutang kontrak (ma)                          Rp 45.000.000
Premium atas kontrak berjangka         Rp 1.500.000
Hutang kontrak                                   Rp 46.500.000
(mencatat pembelian 60.000 riyal untuk diterima dalam 180 haripada kurs forward Rp 775)

31 desember19x7

Kerugian pertukaran yang ditangguhkan        Rp 600.000
Piutang kontrak (ma)                            Rp 600.000

31Maret 19x8
1.      
Pembelian                                            Rp43.800.000
Hutang dagang                                   Rp 43.800.000
2.      Hutang kontrak                                   Rp46.500.000
Kas                                                      Rp 46.500.000 
3.      Kas                                                      Rp 43.800.000
Kerugian pertukaran ditahan              Rp 600.000
Piutang kontrak (ma)                          Rp 44.400.000
4.      Hutang dagang (ma)                           Rp 43.800.000
Kas (ma)                                              Rp 43.800.000
5.      Pembelian                                            Rp 2.700.000
Premium atas Kontrak     Berjangka               Rp 1.500.000
Kerugian Pertukaran Ditangguhkan               Rp 1.200.000

Hedging atas komitmen Penjualan Mata Uang Asing yang Dapat Diidentifikasi

Prosedur untuk melakukan hedging komitmen penjualan mata uang asing yang dapat diidentifikasi dapat dibandingkan dengan ilustrasi diatas kecuali bahwa jika terjadi keuntungan maupun kerugian pertukaran yang ditangguhkan, penyesuaiannya dilakukan terhadap akun pembelian, bukan terhadap akun penjualan. 

Melakukan Hedging atas Investasi Bersih dalam suatu Entitas Luar Negeri

Keuntungan dan kerugian yang timbul dari transaksi mata uang asing ditujukan untuk, dan dianggap efektif sebagai hedging ekonomi atas investasi bersih dalam suatu entitasluar negeri dicatat sebagai penyesuaian translasi pada ekuitas.Penggolongan translasi berarti bahwa kwuntungan maupun kerugian transaksi ini dikeluarkan dan pengaruh pendapat bersih, dan sebagai gantinya, dilaporkan sebagai komponen dari ekuitas.










DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar