AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN
“LAPORAN
KEUANGAN SEGMEN DAN INTERIM SERTA TRANSAKSI MATA UANG ASING”
Dosen
Pembimbing :
Immi Fiska Tarigan
Disusun
Oleh :
1.Annisa Fitriandini (21214366)
2. Khoriunnisa Ramadini (25214878)
3. Leni Fitriyanti (26214022)
4. Nuke Mutiawati (28214115)
5. Nur Kholifah (28214172)
6. Rizky Ari Wibowo (29214676)
7. Sony Dzulkarnaen (2A214412)
Kelas
:3EB37
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi
ATA 2015/2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat
menyelesaikan tugas kami yang berjudul “LAPORAN KEUANGAN SEGMEN DAN
INTERIM SERTA TRANSAKSI MATA UANG ASING” tepat pada waktunya.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu
Immi Fiska selaku dosen Akuntansi
Keuangan Lanjut yang telah memberikan tugas ini kepada kelompok kami
sehingga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada kami khususnya
pengalaman tentang dalam hal membuat makalah yang baik dan benar, terima kasih
juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telahmembantu kami dalam
menyelesaikan tugas penulisan ilmiah ini sehingga tugas ini dapat selesai pada
waktunya.
Tugas kami ini berisi tentang Laporan Keuangan Segmen Dan Interim Serta Transaksi Mata
Uang Asing, adapun sumber-sumber dari isi tugas kami ini kami ambil dan kami rangkum
dari buku-buku dan internet yang membahas dan berhubungan dengan materiAkuntansi Keuangan Lanjut, selain itu juga kami menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti sehingga pembacanya dapat mengerti dan merasa paham.
Kami berharap tugas kami ini dapat
bermanfaat bagi pembacanya, dan kami juga sadar masihada beberapa kekurangan
dari tugas kami ini sehingga kritik dan saran selalu kami terima demi kebaikan
bagi kami kedepan.
LAPORAN
KEUANGAN SEGMEN DAN INTERIM
I.
LAPORAN
KEUANGAN SEGMEN
A. Pengertian Laporan Keuangan Segmen
Pernyataan
ini menjelaskan pelaporan informasi keuangan menurut segmen dari suatu
perusahaan khususnya yang beroperasi dalam industri dan wilayah geografis yang berbeda.
Tujuan
penyajian informasi menurut segmen adalah menyediakan informasi bagi para
pemakai laporan keuangan mengenai skala relatif, kontribusi laba, dan trend
pertumbuhan dari berbagai industri dan wilayah geografis perusahaan yang
didiversifikasi untuk memungkinkan para pemakai laporan keuangan dapat :
§ Memahami kinerja masa
lalu perusahaan secara lebih baik
§ Menilai risiko dan
imbalan perusahaan secara lebih baik.
§ Membuat
pertimbangan yang lebih baik terhadap perusahaan secara keseluruhan
B.
Pendapatan dan Beban Segmen
1. Pendapatan Segmen adalah pendapatan
yang dapat diatribusikan atau dikaitkan secara langsung pada suatu segmen, atau
bagian yang relevan dari pendapatan yang dapat dialokasikan secara layak pada
suatu segmen. Pendapatan ini merupakan hasil transaksi baik dengan pihak luar
perusahaan maupun dengan segmen lain dalam perusahaan yang sama.
2. Beban Segmen adalah beban yang dapat
ditribusikan secara langsung pada suatu segmen atau bagian yang relevan dari
suatu beban yang dapat dialokasikan secara layak sebagai beban suatu segmen.
C.
Dasar Segmentasi
1) Penjualan kepada pelanggan yang tak
mempunyai hubungan istimewa, memberi peluang dasar segmentasi dasar segmentasi
jenis-jenis pendapatan sebesar 10% ke atas,
2) Apabila laba operasi merupakan hal
yang penting, maka laba operasi atau rugi operasi 10 % ke atas disajikan
terpisah,
3) Apabila penggunaan aktiva adalah
penting, makaaktiva segmen berjumlah 10%
ke atas dari jumlah aktiva entitas dilaporkan terpisah.
D.
Hasil Segmen
Hasil segmen adalah selisih antara
pendapatan segmen dan beban segmen dan umumnya mencerminkan laba usaha,
meskipun dasar yang lain sering lebih cocok.
Penghasilan bunga dan beban bunga biasanya tidak termasuk dalam hasil segmen
kecuali kalau operasi segmen terutama bersifat finansial. Juga pajak
penghasilan, hak minoritas (minority
interest) dan pos luar biasa (extraordinary
item) lazimnya tidak dimasukkan sebagai hasil segmen.
E.
Aktiva dan Kewajiban Segmen
Pengungkapan aktiva segmen
memberikan indikasi penggunaan sumber daya untuk mencapai hasil operasi segmen.Aktiva
semacam itu termasuk semua aktiva berwujud dan tak berwujud yang dapat
diidentifikasi pada segmen tertentu. Aktiva yang dimanfaatkan oleh dua atau
lebih segmen harus dialokasikan di antara segmen-segmen tersebut dengan dasar
alokasi yang layak.
Kewajiban biasanya tidak
dialokasikan karena dianggap berkaitan dengan perusahaan secara keseluruhan
atau karena dipandang meningkatkan hasil pembelanjaan dan bukan hasil operasi.
F.
Informasi yang Disajikan
Uraian kegiatan setiap segmen
industri yang dilaporkan dan indikasi mengenai komposisi setiap wilayah
geografis yang dilaporkan, penjualan atau pendapatan operasi lainnya, dengan
pemisahan antara pendapatan dari pelanggan di luar perusahaan dan pendapatan
dari segmen lain, hasil segmen, dan aktiva segmen yang digunakan, dinyatakan
baik dalam jumlah uang atau sebagai persentase dari jumlah yang
dikonsolidasikan. Hubungan antara jumlah dari informasi pada segmen-segmen
individual dan informasi agregat dalam laporan keuangan diperjelas dengan
menyajikan rekonsiliasi.
G.
Penyajian dalam Pelaporan Segmen
a) Perusahaan harus menggambarkan
aktivitas masing-masing segmen industri dan menunjukkan komposisi masing-
masing wilayah geografis yang dilaporkan.
b) Untuk setiap segmen industri dan
geografis yang dilaporkan, informasi keuangan berikut ini harus diungkapkan:
Penjualan atau pendapatan operasi
lainnya, dibedakan antara pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan di luar
perusahaan dan pendapatan dari segmen lain, hasil segmen, aktiva segmen yang
digunakan, dinyatakan dalam jumlah uang atau sebagai persentase dari jumlah
yang dikonsolidasikan, dan dasar penetapan harga antar segmen.
c) Perusahaan
harus menyajikan rekonsiliasi antara informasi segmen-segmen individual dan
informasi keseluruhan dalam laporan keuangan.
H.
Kebijakan Akuntansi Segmen
Kebijakan
akuntansi segmen, Informasi segmen harus disusun dengan kebijakan akuntansi
yang dianut dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasi atau
perusahaan. Kebijakan akuntansi yang dipilih manajemen untuk menyusun laporan
keuangan konsoldasi atau perusahaan dianggap sebagai kebijakan akuntansi yang
diyakini manajemen paling sesuai untuk pelaporan keuangan eksternal. Karena
tujuan informasi segmen ialah untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami
dan membuat penilaian yang lebih memadai mengenai perusahaan secara
keseluruhan, pernyataan ini mensyaratka bahwa kebijakan akuntansi yang
diterapkan dalam pelaporan informasi segmen sama dengan kebijakan akuntansi
yang telah dipilih manajemen. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa
kebijakan akuntansi konsolidasi atau perusahaan diterapkan kepada segmen
dilaporkan seolah-olah segmen tersebut ialah entitas pelaporan terpisah yang
berdiri sendiridalam menerapkan suatu kebijakan akuntansi pada tingkat
perusahaan, perusahaan mungkin melakukan perhitungan secara terperinci yang
kemudian dialokasikan kepada berbagai segmen jika terdapat dasar rasional untuk
melakukan alokasi tersebut. Sebagai contoh, biaya manfaat pensiun sering kali
dihitung unuk perusahaan secara keseluruhan, tetapi angka yang dihitung untuk
tingkat perusahaan itu mungkin dialokasikan ke berbagai segmen berdasarkan data
gaji dan demografis segmen tersebut.
Pernyataan
ini tidak melarang pengungkapan informasi tambahan atas segmen yang disusun
berdasarkan kebijakan akuntansi selain yang diterapkan untuk laporan keuangan
konsolidasian atau perusahaan sepanjang :
1.
Informasi tersebut dilaporka secara internal kepada rgan
perusahaan yang berwenang dalam rangka pegambilan putusan alokasi sumber daya
kepada segmen tersebut dan penilaian kinerja segmen tersebut
2.
Dasar pengukuran yang digunakan bagi informasi tambahan tersebut
dijelaskan secara memadai
Aset
yang digunakan bersama oleh dua segmen atau lebih harus dialokasikan kepada
setiap segmen dan hanya jika pendapatan dan beban terkait juga dialokasikan
kepada segmen-segmen tersebut.
Cara
pengalokasian unsur-unsur aset, kewajiban, pendapatan dan beban kepada berbagai
segmen bergantung pada beberapa faktor, seperti karakteristik unsur tersebut,
aktivitas yang dilakukan oleh segmen, dan otonomi segmen tersebut. Satu dasar
alokasi tertentu tidak mungkin atau tidak tepat apabila ditetapkan bagi semua
perusahaan. Demikian juga, tidak tepat apabila unsur-unsur aset, kewajiban,
pendapatan, dan beban yang secara bersama berkaitan dengan dua segmen atau
lebih dipaksakan aokasinya, jika dasar alokasi tersebut ditetapkan secara
arbiter atau sulit dipahami. Disampng itu, definisi pendapatan segmen, beban
segmen, aset segmen, dan kewajiban segmen saling berkaitan dan alokasi dari
unsur-unsur tersebut harus dilakukan secara konsisten. Dengan demikian, aset
yang digunakan bersama dialokasikan kepada setiap segmen, dan hanya jika,
pendapatan dan beban yang terkait dengan aset tersebut juga dialokasikan kepada
segmen-segmen tersebut. Sebagai contoh, suatu aset dimasukkan sebagai aset
segmen jika penyusutan atau amortisasi aset terkait dikurangkan dalam
menghitung hasil segmen.
Contoh Laporan Keuangan
Segmen
PT ADARO ENERGY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN/
|
AND SUBSIDIARIES
|
|
30 Juni 2009
|
|
|
|
Keterangan
|
Pendapatan dari
|
Pendapatan
|
Aktiva
|
Laba (rugi)
|
Pelanggan Eksternal
|
antar Segmen
|
Segmen
|
Usaha
|
Penambangan dan perdagangan batu bara
|
12,173,007
|
428,287
|
16,408,951
|
2,559,770
|
Jasa Penambangan
|
554,285
|
776,741
|
4,669,696
|
102,445
|
Lain-lain
|
169,595
|
453,145
|
6,246,151
|
336,516
|
Total
|
12,896,887
|
1,658,173
|
27,324,798
|
2,998,731
|
Sumber : Data diolah dari Laporan Keuangan Tahunan PT.ADARO ENERGY
Tbk
Uji Pendapatan. Uji pendapatan 10% diterapkan dengan menentukan jumlah pendapatan
setiap segmen industri kemudian membandingkan dengan 10% dari gabungan seluruh
segmen industri.
Keterangan
|
Pendapatan dari
|
Pendapatan
|
|
Nilai Uji
|
Perlukah
|
Pelanggan Eksternal
|
antar Segmen
|
|
(10% x Rp.14555060)
|
dilaporkan
|
Penambangan dan perdagangan batu bara
|
12,173,007
|
428,287
|
>
|
1,455,506
|
ya
|
Jasa Penambangan
|
554,285
|
776,741
|
<
|
1,455,506
|
tidak
|
Lain-lain
|
169,595
|
453,145
|
<
|
1,455,506
|
tidak
|
Total
|
12,896,887
|
1,658,173
|
|
|
|
Uji Aktiva. Uji aktiva dilakukan dengan membandingkan jumlah aktiva masing-masing
segmen dengan 10% dari total altiva semua segmen usaha.
Keterangan
|
Aktiva
|
|
Nilai Uji
|
Perlukah
|
Segmen
|
|
(10% x Rp. 27324798)
|
Dilaporkan
|
Penambangan dan perdagangan batu bara
|
16,408,951.00
|
>
|
2,732,479.80
|
ya
|
Jasa Penambangan
|
4,669,696.00
|
>
|
2,732,479.80
|
ya
|
Lain-lain
|
6,246,151.00
|
>
|
2,732,479.80
|
ya
|
Total
|
27,324,798.00
|
|
|
|
Uji Laba Usaha. Dalam penerapan uji laba usaha untuk mengidentifikasi segmen
yang perlu dilaporkan, nilai absolute laba atau rugi operasi suatu segmen
dibandingkan dengan 10% dari yang lebih besar antara laba operasi gabungan
semua segmen usaha yang menghasilkan laba atau rugi operasi gabungan senua
usaha yang merugi.
Keterangan
|
laba Operasi
|
Rugi Operasi
|
|
Nilai Uji
|
Perlukah
|
Segmen Usaha
|
Segmen Usaha
|
|
(10% x Rp. 2998731)
|
Dilaporkan
|
Penambangan dan perdagangan batu bara
|
2,559,770
|
0
|
>
|
299,873.10
|
ya
|
Jasa Penambangan
|
102,445
|
0
|
<
|
299,873.10
|
tidak
|
Lain-lain
|
336,516
|
0
|
>
|
299,873.10
|
ya
|
Total
|
2,998,731
|
|
|
|
|
Telaah Ulang Perlunya Pelaporan (Uji Pendapatan). Segmen jasa penambangan dan segmen lain-lain
tidak memenuhi kriteria 10% untuk semua jenis pengujian penentuan segmen yang
perlu dilaporkan, sehingga segmen yang perlu dilaporkan adalah penambangan dan
perdagangan batu bara. Selain itu segmen yang dilaporkan harus memiliki 75%
dari total pendapatan konsolidasi.
Keterangan
|
Pendapatan dari pelanggan eksternal
|
Penjualan antar segmen
|
|
Nilai Uji (75% x Rp. 14555060 )
|
Perlukah dilaporkan
|
Penambangan dan perdagangan batu bara
|
12,173,007
|
0
|
>
|
10,916,295.00
|
ya
|
jumlah
|
12,173,007
|
|
|
|
|
II.
LAPORAN
KEUANGAN INTERIM
A.
Pengertian
Laporan Keuangan Interim
Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang
diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan interim
harus dipandang sebagai bagian yang integral dari periode tahunan. Dapat
disusun secara bulanan, triwulanan atau periode lain yang kurang dari setahun
dan mencakupi seluruh komponen laporan keuangan sesuai standar akuntansi
keuangan.
Laporan Interim diberlakukan untuk perusahaan yang diwajibkan untuk menyajikan
laporan keuangan interim oleh peraturan perundangan, misalnya Pasar modal, dan
lain-lain. Dan juga untuk industri yang telah diatur dalam standar akuntansi
keuangan industri yang bersangkutan, misalnya perbankan, maka harus mengikuti
standar khusus tersebut.
Ada dua pandangan tentang Laporan Interim yaitu :
1)
Pandangan yang menganggap periode interim sebagai
dasar periode akuntansi dan menyimpulkan bahwa hasil operasi tiap periode
ditentukan dengan cara yang sama seperti pada periode tahunan.
2)
Pandangan yang menganggap periode interim sebagai
bagian yang integral dengan periode tahunan.Pernyataan ini dikembangkan
berdasarkan pandangan kedua yang menganggap laporan keuangan interim sebagai
bagian integral dengan periode tahunan.
B. Pengakuan Dan Pengukuran
Pengakuan
dan pengukuran unsur yang sama antara pelaporan keuangan interim dengan
pelaporan keuangantahunan adalah:Dasar pengakuan pendapatan.Kebijakan akuntansi
dasar pelaporan pada periode interim, kecuali jika ada perubahan dalam standar
akuntansi.Penyajian penggolongan aktiva sebagai lancar dan tidak lancar, dan
kewajiban sebagai jangka pendek dan jangka panjang.
C. Beban Dan Biaya
Beban yang dapat dihubungkan dengan
pendapatan ditentukan atas dasar yang sama dengan dasar yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan tahunan kecuali untuk persediaan:
§ Perusahaan
yang dalam periode interim menggunakan estimasi laba kotor mengungkapkan hal tersebut dalam laporan
keuangan interim.
§ Perusahaan
yang melakukan penilaian persediaan berdasarkan biaya standar tidak perlu
melaporkan penyimpangan atau selisih dengan biaya aktual yang terjadi, jika
selisih biaya tersebut tidak material atau diharapkan bisa diselesaikan pada
akhir tahun. Pengaruh dari penyimpangan yang tidak direncanakan dan tidak
diperkirakan harus dilaporkan pada akhir periode interim dengan prosedur yang
sama seperti yang digunakan pada akhir tahun.
§ Kerugian
yang disebabkan penurunan harga pasar dan pemulihan harga tidak boleh
ditangguhkan untuk dibebankan ke periode di luar periode penurunan harga
tersebut.
Biaya dan beban lain-lain untuk
periode pelaporan interim, biaya dan beban lain-lain termasuk biaya produksi
dibebankan atas dasar yang sama seperti periode tahunan.
Pendapatan dan beban musimanLaporan
keuangan interim memberi gambaran pendapatan dan beban periode interim
tersebut. Laporan keuangan interim tertentu diperbandingkan dengan periode
sebelumnya memberi manfaat yang lebih besar bagi para pemakai laporan dalam
contoh kondisi-kondisi sebagai berikut:
ĂĽ Laporan
keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan interim periode
sebelumnya, untuk mengetahui kecenderungan (trend) posisi keuangan dan kinerja.
ĂĽ Laporan keuangan
interim diperbandingkan dengan interim yang sama dalam periode akuntansi yang
lalu, untuk mengetahui kecenderungan berulang (cyclical) musiman dari kegiatan
usaha.
ĂĽ Laporan
keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan kumulatif dari awal tahun
buku sampai dengan tanggal laporan keuangan interim untuk mengetahui kontribusi
atau pengaruh periode interim yang dilaporkan pada periode berjalan.
ĂĽ Laporan
keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan tahun buku yang lalu,
untuk mendapat gambaran pengaruh dan kinerja interim tersebut terhadap posisi
keuangan, kinerja dan arus kas periode akuntansi yang lalu.
Penyisihan Pajak PenghasilanPada
akhir tiap periode interim, perusahaan harus membuat taksiran pajak penghasilan
untuk dibebankan pada periode interim.Perhitungan pajak penghasilan periode
interim harus sesuai dengan kebijakan akuntansi tentang pajak penghasilan yang
dianut pada akhir tahun.
D. Pos Dan Transaksi Luar Biasa
§ Penghapusan
segmen usaha, penggabungan usaha, pos luar biasa, dan kejadian yang tidak biasa
dan tidak sering terjadi harus dibebankan pada periode interim saat terjadinya
dan tidak boleh dibebankan pada periode lain.
§ Pos luar
biasa harus diungkapkan secara terpisah dan dimasukkan dalam laporan laba rugi
periode interim saat pos luar biasa terjadi. Dalam menentukan materialitas, pos
luar biasa harus dihubungkan langsung dengan estimasi pendapatan tahunan.
§ Peristiwa
atau kejadian yang tidak biasa dan tidak sering terjadi dan berpengaruh
material terhadap hasil operasi tetapi tidak dapat dikelompokkan dalam pos luar
biasa juga harus dilaporkan dan diungkapkan secara terpisah dalam laporan laba
rugi periode interim.
§ Kewajiban
kontinjen dan ketidakpastian lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi
kewajaran penyajian data keuangan pada tanggal neraca harus diungkapkan dalam
laporan keuangan interim dengan cara yang sama seperti dalam laporan keuangan
tahunan. Pengungkapan tersebut harus diulang dalam laporan keuangan interim
berikutnya dan dalam laporan keuangan tahunan sampai kewajiban kontinjen itu
terselesaikan.
E. Perubahan Akuntansi
§ Penghapusan
segmen usaha, penggabungan usaha, pos luar biasa, dan kejadian yang tidak biasa
dan tidak sering terjadi harus dibebankan pada periode interim saat terjadinya
dan tidak boleh dibebankan pada periode lain.
§ Pos luar
biasa harus diungkapkan secara terpisah dan dimasukkan dalam laporan laba rugi
periode interim saat pos luar biasa terjadi. Dalam menentukan materialitas, pos
luar biasa harus dihubungkan langsung dengan estimasi pendapatan tahunan.
§ Peristiwa
atau kejadian yang tidak biasa dan tidak sering terjadi dan berpengaruh
material terhadap hasil operasi tetapi tidak dapat dikelompokkan dalam pos luar
biasa juga harus dilaporkan dan diungkapkan secara terpisah dalam laporan laba
rugi periode interim.
§ Kewajiban
kontinjen dan ketidakpastian lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi
kewajaran penyajian data keuangan pada tanggal neraca harus diungkapkan dalam
laporan keuangan interim dengan cara yang sama seperti dalam laporan keuangan
tahunan. Pengungkapan tersebut harus diulang dalam laporan keuangan interim
berikutnya dan dalam laporan keuangan tahunan sampai kewajiban kontinjen itu
terselesaikan.
F. Penyajian Laporan Keuangan Interim
Laporan keuangan interim meliputi
neraca, laporan laba rugi dan saldo laba interim, laporan arus kas dan catatan
atas laporan keuangan. Laporan keuangan interim harus disajikan secara
komparatif dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Perhitungan laba-rugi
interim harus mencakup periode sejak awal tahun buku sampai dengan periode
interim terakhir yang dilaporkan (year-to-date).Laporan keuangan interim harus
menggolongkan aktiva sebagai kelompok lancar dan tidak lancar, dan kewajiban
sebagai kelompok jangka pendek dan jangka panjang sesuai laporan keuangan
tahunan. Khusus untuk perusahaan tertentu seperti bank dan asuransi yang
mempunyai metode khusus dalam penggolongan aktiva, maka penggolongan aktiva
harus dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.
G. Lampiran
TRANSAKSI MATA UANG ASING
A. Transaksi Mata Uang Asing
Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai
tukarnya dinyatakan dalam mata uang fungsional dari suatu entitas. Di
Indonesia, akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing diatur dalam Standar
Akuntansi Keuangan tahun 2007 yaitu PSAK No.10 tentang transaksi dalam mata
uang asing dan PSAK No.11 tentang penjabaran laporan keuangan dalam mata uang
asing yang meliputi penentuan kurs.
Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang.
Beberapa kurs yang digunakan :
1)
Kurs
Spot (spot rate)
Kurs
tunai yang berlaku pada tanggal transaksi.
2)
Kurs
Sekarang (current rate)
Kurs
dimana 1 unit mata uang dapat dipertukarkan dengan mata uang lain pada tanggal
neraca atau tanggal transaksi.
3)
Kurs
Historis (historical rate)
Kurs
yang berlaku pada tanggal tertentu terjadinya transaksi.
4) Forward Rate
Kurs
tertentu yang disepakati dan digunakan dalam transaksi kontrak berjangka.
Ketentuan PSAK No.10 tentang Transaksi Mata
Uang Asing
Transaksi dalam mata uang asing adalah
transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang
asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan:
a)
Membeli atau menjual barang atau jasa yang
harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing;
b)
Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang)
dana yang didenominasi dalam suatu mata uang asing;
c)
Menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam
valuta asing yang belum terlaksana; atau
d)
Memperoleh atau melepaskan asset, dan
menimbulkan atau melunasi kewajiban yang didenominasi dalam suatu mata uang
asing.
Perlakuan
akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing selain kontrak berjangka
adalah:
1. Pengakuan awal
Transaksi
dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya
transaksi. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut
kurs spot (spot rate). Suatu transaksi dalam
mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan
penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika
suatu perusahaan:
§ Membeli
atau menjual barang dan jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang
asing.
§ Hutang
atau Piutang dana yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing.
§ Menjadi
suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana,
atau
§ Memperoleh
atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban yang harganya
didenominasi dalam suatu mata uang asing.
Transaksi
dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya
transaksi.
Contoh
1:
Pada
tanggal 24 februari 2011, PT F melakukan penjualan ekspor dengan nilai US$
100.000, KTBI yang berlaku pada tanggal tersebut sebesar 1 US$ = Rp. 9.000
Jurnal
24 Feb Piutang Usaha 900.000.000
Penjualan 900.000.000
*) 100.000 x 9.000 =
900.000.000
Contoh
2:
Pada
tanggal 25 Maret 2011, PT F melakukan impor mesin dari swedia US$ 200.000, KTBI
yang berlaku pada tanggal tersebut sebesar 1 US$ = Rp. 9.500
Jurnal
25 Mar Mesin 1.900.000.000
Utang Usaha 1.900.000.000
*) 200.000 x 9.500 =
1.900.000.000
2.
Pelaporan pada Tanggal Neraca Berikutnya
Pada setiap tanggal neraca:
a)
Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata
uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal
neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka
dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia sebagai indikator yang
obyektif;
b)
Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan
menggunakan kurs tanggal neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan
menggunakan kurs tanggal transaksi.
c)
Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai
wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang
berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.
Nilai
terbawa dari suatu pos ditentukan sesuai dengan standar akuntansi yang relevan
Contoh:
Dari dua contoh diatas, misanya KTBI pada 31
desember 2011 1 US$ = Rp. 9.750
Ayat jurnal penyesuaian yang dibuat pada akhir tahun
adalah
31 Des Piutang
Usaha Rp.75.000.000
Keuntungan
Atas Selisih Kurs Rp. 75.000.000
Piutang pada tanggal
neraca 975.000.000
Carrying amount 900.000.000
Keuntungan Atas Selisih Kurs 75.000.000
31 Des Kerugian Atas Selisih Kurs 1.950.000.000
Utang
Usaha 1.950.000.000
Utang pada tanggal
neraca 1.950.000.000
Carrying amount 1.900.000.000
Kerugian Atas Selisih Kurs 50.000.000
PT. F
Laporan
Laba Rugi (Parsial)
Untuk
tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011
Penjualan Rp.900.000.000
..................................
Keuntungan atas Selisih Kurs Rp. 25.000.000
..................................
PT. F
Neraca
(Parsial)
Per 31 Desember 2011
Aset Lancar
Piutang Usaha Rp. 975.000.000
……………….
Aset Tetap
Mesin Rp.
1.900.000.000
………………..
Kewajiban
Utang Usaha Rp.
1.950.000.000
………………..
3.
Pengakuan Selisih Kurs
Selisih kurs timbul apabila terdapat
perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement
date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing.
Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode
akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut.
Namun jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa
periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode
akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.
Contoh Transaksi
Transaksi
selesai dalam suatu periode akuntansi
Contoh Pembelian Impor
Pada 26 November 2010, PT. F
melakukan impor bahan baku dengan nilai sebagai berikut, CIF US$ 10.000, Bea
Masuk 5%, PPN Impor 10%, PPh Pasal 22 yang dipungut Bea Cukai 2%. Kurs KMK
9.000 dan KTBI 9.100. Pada tanggal 26 Desember 2010 PT. F melunasi hutang impor
tersebut, pada tanggal tersebut Kus KMK 9.050 dan KTBI 9.150.
Pencatatan
pada saat impor
CIF US$
10.000 x 9.100 Rp.91.000.000
BM 5% (US$ 10.000 x 9.000) Rp.4.500.000
Harga Perolehan Rp. 95.500.000
PPN Impor 10% (US$ 10.000 x 9.000) Rp.9.000.000
PPh Pasal 22 2,5% (US$ 10.000 x
9.000) Rp.
2.250.000
Jurnal
26 Nov Bahan Baku 95.500.000
PPN Masukan 9.000.000
Piutang Pajak PPh
Pasal 22 2.250.000
Kas/Bank 15.750.000
Utang
Usaha 91.000.000
Pencatatan
pada saat pelunasan
Nilai utang tercatat Rp. 91.000.000
Nilai utang pada saat pelunasan US$
10.000 x 9.150 Rp. 91.500.000
Kerugian Selisih Kurs Rp.500.000
Jurnal
26 Des Utang Usaha Rp. 91.000.000
Kerugian atas
Selisih Kurs Rp.500.000
Kas/Bank 91.500.000
Contoh Penjualan Ekspor
Pada 24 Februari 2010, PT. F melakukan
ekspor dengan nilai sebagai berikut, CIF US$ 20.000.Kurs KMK 9.500 dan KTBI
9.400. Pada tanggal 25 Maret 2010 PT. F menerima pembayaran atas penjualan
tersebut, pada tanggal tersebut Kurs KMK 9.550 dan KTBI 9.500.
Pencatatan pada saat ekspor
CIF US$ 20.000 x 9.400 Rp. 188.000.000
Jurnal
24 Feb Piutang Usaha Rp. 188.000.000
Utang
Usaha Rp. 188.000.000
Pencatatan
pada saat pelunasan
Nilai piutang tercatat Rp.
188.000.000
Nilai piutang pada saat
pelunasan US$ 20.000 x 9.500 Rp. 190.000.000
Keuntungan Selisih Kurs Rp.2.000.000
Jurnal
25 Mar Kas/Bank Rp.
190.000.000
Keuntungan
atas Selisih Kurs Rp. 2.000.000
Piutang
Usaha Rp. 188.000.000
Transaksi selesai melewati suatu
periode akuntansi
Contoh
Pembelian Impor
Pada
26 November 2010, PT. F melakukan impor bahan baku dengan nilai sebagai
berikut, CIF US$ 10.000, Bea Masuk 5%, PPN Impor 10%, PPh Pasal 22 yang
dipungut Bea Cukai 2%. Kurs KMK 9.000 dan KTBI 9.100.Pada tanggal 31 desember
2010, kurs KMK 9.100 dan KTBI 9.200. Pada tanggal 26 Januari 2011 PT. F
melunasi hutang impor tersebut, pada tanggal tersebut Kus KMK 8.950 dan KTBI
9.000.
Pencatatan pada saat impor
CIF US$ 10.000 x 9.100 Rp.91.000.000
BM 5% (US$ 10.000 x
9.000) Rp.4.500.000
Harga Perolehan Rp. 95.500.000
PPN
Impor 10% (US$ 10.000 x 9.000) Rp. 9.000.000
PPh
Pasal 22 2,5% (US$ 10.000 x 9.000) Rp.
2.250.000
Jurnal
26
Nov Bahan Baku Rp.95.500.000
PPN
Masukan Rp.9.000.000
Piutang
Pajak PPh Pasal 22 Rp.2.250.000
Kas/Bank Rp.15.750.000
Utang
Usaha Rp.91.000.000
Pencatatan pada tanggal neraca
Nilai
utang tercatat Rp.91.000.000
Nilai utang pada tanggal neraca US$ 10.000 x 9.200 Rp.92.000.000
Kerugian Selisih Kurs Rp.1.000.000
Jurnal
31
Des Kerugian atas Selisih Kurs Rp.1.000.000
Utang Usaha Rp. 1.000.000
Pencatatan pada saat pelunasan
Nilai
utang tercatat Rp.92.000.000
Nilai utang pada saat pelunasan US$ 10.000 x 9.000 Rp.90.000.000
Keuntungan Selisih Kurs Rp. 2.000.000
Jurnal
26
Des Utang Usaha Rp.92.000.000
Keuntungan atas
Selisih Kurs Rp.2.000.000
Kas/Bank Rp.90.000.000
Contoh
Penjualan Ekspor
Pada
24 Februari 2010, PT. F melakukan ekspor dengan nilai sebagai berikut, CIF US$
20.000.Kurs KMK 9.500 dan KTBI 9.400.Pada tanggal 31 desember 2010, kurs KMK
9.100 dan KTBI 9.200. Pada tanggal 25 Maret 2011 PT. F menerima pembayaran atas
penjualan tersebut, pada tanggal tersebut Kurs KMK 9.350 dan KTBI 9.300.
Pencatatan pada saat ekspor
CIF (US$
20.000 x 9.400) Rp.
188.000.000
Jurnal
24 Feb Piutang Usaha Rp.188.000.000
Utang Usaha Rp.188.000.000
Pencatatan pada tanggal neraca
Nilai
piutang tercatat Rp.188.000.000
Nilai piutang pada tanggal neraca US$ 20.000 x 9.200 Rp.184.000.000
Keuntungan
Selisih Kurs Rp. 4.000.000
Jurnal
31 Des Piutang Usaha Rp.4.000.000
Keuntungan atas
Selisih Kurs Rp.4.000.000
Pencatatan pada saat pelunasan
Nilai
piutang tercatat Rp.184.000.000
Nilai piutang pada saat pelunasan US$ 20.000 x 9.300 Rp.186.000.000
Kerugian
Selisih Kurs Rp.2.000.000
Jurnal
25 Mar Kas/Bank Rp.184.000.000
Kerugian atas Selisih
Kurs Rp.2.000.000
Piutang Usaha Rp.186.000.000
B.
Risiko
Mata Uang Asing (Foreign Currency Risk)
Valuta asing atau biasa
disebut juga dengan kata lain seperti valas, Foreign Exchange, forex atau juga
fx adalah mata uang yang di keluarkan sebagai alat pembayaran yang sah di
negara lain pasar valuta asing sendiri mengalami pertumbuhan yang pesat pada awal
decade 70’an. Valuta Asing yang biasa disingkat Valas atau dalam bahasa inggris
dikenal sebagai forex ( singkatan dari Foreign Exchange ), yang berarti
pertukaran uang dari nilai mata uang yang berbeda pasar valuta asing ini
menyediakan pasar sarana fisik maupun dalam pasar kelembagaan untuk melakukan
perdagangan mata uang asing, menentukan nilai tukar mata uang asing, dan
menerapkan managemen mata uang asing.
Risiko ini berkaitan
dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai mata uang negara
lainnya.Perusahaanyang beroperasimelintasibatas-batas
negarayang terkenarisikoperubahannilai tukar mata uang.Kamimeneliti
efek dariperubahan kurs terhadappenjualandilaporkan,pendapatan, arus kas, aset, kewajiban,
dan kekayaan bersih.Efek inijugamendistorsirasio
keuanganberdasarkan datatersebut.Perusahaandenganrisiko
mata uang asingharus, karena itu, pertama-tamamemutuskan
apakahuntuk lindung nilairisikoakuntansiataurisikoekonomioperasi asing.
Untuk dapat mengurangi
risiko valas, maka salah satu strategi yang dapat dipergunakan adalah dengan
cara mengatasi exposure yang disebabkan oleh mata uang asing, maka dapat
dilakukan “Hedging”. Hedging adalah suatu aktivitas lindung nilai dalam rangka
mengantisipasi pergerakan mata uang asing.Manfaat dari hedging yaitu
melindungi asset perusahaan dari potensi kerugian valas, serta mengurangi
variasi dari arus kas di masa depan. Perusahaan memperoleh suatu kepastian
melalui hedging.
C.
DASAR
DERIVATIF DAN LINDUNG NILAI (HEDGE)
1.
Pengertian
Derivatif
Derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian
penukaran pembayaran yang nilainya diturunkan atau berasal dari produk yang
menjadi "acuan pokok" atau juga disebut " produk turunan"(underlying
product); daripada memperdagangkan atau menukarkan secara fisik suatu aset,
pelaku pasar membuat suatu perjanjian untuk saling mempertukarkan uang, aset
atau suatu nilai disuatu masa yang akan datang dengan mengacu pada aset yang
menjadi acuan pokok.
Derivatif digunakan oleh manajemen investasi/
manajemen portofolio, perusahaan dan lembaga keuangan serta investor perorangan
untuk mengelola posisi yang mereka miliki terhadap resiko dari pergerakan harga
saham dan komoditas, suku bunga, nilai tukar valuta asing "tanpa"
mempengaruhi posisi fisik produk yang menjadi acuannya (underlying).
Menurut PSAK 55 Derivatif adalah suatu instrumen keuangan
atau kontrak lain dengan tiga karakteristik berikut ini:
1. Memiliki:
·
Satu
atau lebih variabel pokok yang mendasari (under- lying) ,dan
·
Satu
atau lebih jumlah nosional (notional amount) atau syarat pembayaran atau
keduanya.
2. Persyaratan perjanjian tidak
memerlukan investasi awal bersih (initial net investment), atau
memerlukan investasi awal bersih dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan
dengan jumlah yang dibutuhkan oleh jenis perjanjian lainnya yang diperkirakan
akan menghasilkan efek yang sama terhadap perubahan dalam faktor-faktor pasar.
3. Persyaratan perjanjian mengharuskan
atau memungkinkan penyelesaian sekaligus (net settlement), atau instrumen
derivative dapat segera diselesaikan dengan sarana terpisah di luar
perjanjian tersebut, atau persyaratan perjanjian mengakibatkan penyerahan
aktiva sehingga penyelesaian yang terjadi secara substansial tidak berbeda
dengan net settlement.
Menurut Siahaan (2008),
derivatif adalah semacam kendaraan keuangan yang diturunkan atau diperanakkan
dari induknya apakah induknya ini asset keuangan saham atau obligasi, komoditi,
atau berbagai macam indeks seperti IHSG, LQ45, Hanseng, dan jenis-jenis
lainnya. Sedangkan Wikipedia mendefinisikan derevatif sebagai sebuah kontrak
bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya diturunkan atau
berasal dari produk yang menjadi acuan pokok.
Definisi diatas
memberikan pandangan bahwa derivatif merupakan kontrak perjanjian dan
kesepakatan antara dua belah pihak pembeli dan penjual yang didalam kontraknya
telah disepakati sekarang, namun realisasinya dimasa yang akan datang.
2. Jenis
Derevatif
Berdasarkan sifatnya derevatif dikelompokkan
menjadi dua bagian (Madura: 2006) yaitu;
a)
Derivatif Komoditas
Derevatif
komuditas merupakan kontrak derevatif yang terjadi pada barang-barang komoditi,
seperti produk hasil pertanian, perkebunan, perikanan (soft commodities) dan
hasil pertambangan, emas dll.(hard commodities).
b)
Derivatif Keuangan
Derevatif
keuangan merupakan kontrak derevatif yang terjadi pada instumen keuangan,
seperti mata uang, saham, indeks gabungan, tingkat bungan jangka pendek, surat
pembendaharaan negara dan obligasi.
3.
Instrumen Derivatif
a)
Futures Contracts
Menurut
Siahaan & Manurung (2006: 25), beberapa hal yang perlu diketahui mengenai futurescontracts antara lain:
§ Futurescontracts merupakan
kesepakatan membeli atau menjual aktiva tertentu pada tanggal tertentu dengan
harga yang telah ditetapkan di masa yang akan datang.
§ Transaksi futurescontracts dilakukan pada bursa resmi melalui
sistemclearinghouse.
§ Syarat-syarat
dalam jumlah kontrak (mis: jumlah, kuantitas, tanggal pengiriman, dsb) sangat
baku dan sangat standardized.
§ Laba
dan rugi diselesaikan setiap hari, aliran kas terjadi secara harian.
§ Untuk
memulai transaksi, harus terlebih dahulu menyetor uang jaminan, marginatau collateral.
§ Biasanya
dipergunakan untuk memastikan harga di masa yang akan datang.
Karakteristik Future Contract
Adapun karakteristik dari futurescontracts antara lain:
·
Perlu transfer tunai pada awal
transaksi. Transfer tunai sebagai jaminan (margin).
·
Transfer tunai harus dilakukan setiap
hari.
·
Risiko kredit sangat kecil.
·
Kontrak yang disesuaikan dengan
kebutuhan dua pihak tidak tersedia.
·
Kontrak yang tersedia terutama untuk
jangka pendek (paling lama satu tahun).
·
Pasar lebih aktif dibandingkan pasar forward, untuk kontrak-kontrak
tertentu.
·
Posisi semula dapat ditutup atau dibalik
dengan cepat.
Formula
Futures Price
untuk pasar komoditas:
Fo = So (1 + rf + c)n
Keterangan:
Fo = futures price teoretis
So = Spot price (harga pasar) saat ini
rf = tingkat bunga bebas risiko, misalnya
bunga SBI
c =carrying cost
n = waktu yang dibutuhkan sampai pada
tanggal penyerahan (masa kontrak)
Contoh
Kasus
Harga
Crude di New York Board of
Trade (NYBoT) US$140/barel.
Bunga 3%, biaya gudang 0,1% per bulan dan asuransi 0,01% per bulan. Berapa
future price untuk masa 6 bulan mendatang?
Jawab:
Diketahui:
Biaya carrying cost disetahunkan = biaya gudang = 1,2%
Biaya
asuransi disetahunkan = 0,12%
Penyelesaian:
Fo=
So (1+rf+c)n
= 140 (1 + 0,03
+ 0,012 + 0,0012)6/12
= 140 x
1,021372
= US$ 142,99
/barel
b)
Forward Contracts
Menurut
Siahaan & Manurung (2006: 24), beberapa hal yang perlu diketahui mengenai forward contracts antara lain:
§ Kesepakatan
membeli atau menjual aktiva tertentu pada tanggal tertentu di harga yang telah
ditetapkan di masa yang akan datang.
§ Transaksi
selalu dilakukan melalui broker dengan telepon atau telex.
§ Biasanya
digunakan untuk memastikan harga di masa yang akan datang.
Karakteristik
Adapun karakteristik dari futurescontracts antara lain:
·
Tidak perlu transfer tunai pada awal
transaksi. Transfer tunai hanya saat jatuh tempo.
·
Terdapat risiko kredit.
·
Kontrak sesuai dengan kebutuhan dua
pihak, digunakan khusus untuk lindung nilai.
·
Kontrak yang tersedia diperjualbelikan
adalah untuk sekuritas utang jangka pendek (paling lama satu tahun).
Formula
Futures Price
untuk pasar modal:
Fo = So (1 + rf -d)n
Keterangan:
Fo = futures price teoretis
So = Spot price, harga saham di pasar
saat ini
rf = risk free, suku bunga bebas
risiko misalnya bunga SBI
d = dividen yield
n = waktu yang dibutuhkan sampai pada
tanggal penyerahan (masa kontrak)
Contoh Kasus
Harga saham TLKM di BEI Rp 10.000,
tingkat suku bunga SBI 9%, dan dividen akan diterima dalam 3 bulan mendatang
sebesar Rp 500. Berapa future
price saham TLKM pada 3 bulan
mendatang?
Jawab:
Fo = So (1 + rf - d)n
= 10.000 [(1+0,09)3/12 + 500/10.000]
= 10.000 x [1,021778 + 0,05]
= 10.718
c)
Option Contracts
Menurut
Siahaan & Manurung (2006: 25), beberapa hal yang perlu diketahui mengenai optioncontracts antara lain:
§ Hak
membeli atau menjual aktiva tertentu pada harga pada (sebelum) tanggal tertentu
yang telah ditetapkan di masa yang akan datang.
§ Transaksi
dilakukan baik melalui broker dengan telepon atau telex, maupun di bursa resmi.
§ Biasanya
digunakan untuk menentukan harga tertinggi dan terendah.
Karakteristik
·
Pembeli atau kontrak opsi dapat
membatasi kerugian maksimum, tapi selalu terbuka kesempatan menguntungkan dari
pergerakan harga.
·
Pembeli harus membayarr premi
(harga/biaya)
·
Pembeli menghadapi risiko kredit dari
penjual. (pembeli punya hak, penjual punya kewajiban).
·
Untuk kebutuhan lindung nilai tertentu
tersedia kontrak tailor made.
·
Kontrak tersedia terutama untuk kontrak
jangka pendek.
Contoh Kasus
Anda memiliki modal sebesar Rp
1.000.000.Ada 3 pilihan investasi yang dapat dilakukan.
1. Beli
saham dengan harga pasar Rp 5.000 per unit saham, investasi 200 saham.
2. Beli
opsi saham dengan exercise
price Rp 5000 premium Rp 500
atau 2000 opsi sebesar 20 kontrak.
3. Beli
2 kontrak opsi atau 200 opsi saham sebesar Rp 100.000 dan sisa Rp 900.000
didepositokan dengan tingkat bunga 4% selama 6 bulan.
Berapa
tingkat return masing-masing jika stock price 6 bulan mendatang Rp 4.000 dan
pilihan investasi mana yang menguntungkan atau merugikan paling tinggi?
Jawab:
1) Return investasi saham
= [200 x (Rp 4.000 – Rp 5.000)] : Rp 1.000.000 = - 0,20 (rugi 20%)
2) Return investasi di option market bersifat negatif sebesar premium
yang dibayar karena stock
price di bawah exercise price = [2.000 x Rp 500] : 1.000.000 = 1
atau rugi 100%
3) Return investasi
campuran:
Rugi
sebesar premium = 200 x Rp 500 =
Rp 100.000
Deposito
4% x Rp 900.000 = Rp 36.000
Total
Rugi = Rp 64.000
Return negatif =
64.000/1.000.000 = 6,4% rugi.
Investasi campuran yang paling rendah ruginya.
d)
Swap Contracts
Swap adalah
kesepakatan antara dua pihak (perusahaan) untuk saling mempertukarkan arus kas
di masa tertentu (selama kurun waktu tertentu) yang akan datang. Dalam
kesepakatan ditentukan secara spesifik tanggal pembayaran tunai dan cara
menghitung jumlah tunai yang akan saling dipertukarkan (dibayarkan
masing-masing pihak). Biasanya di dalam perhitungan telah
dipertimbangkan/diperhitungkan nilai yang akan datang tingkat bunga, kurs mata
uang, dan variabel-variabel lainnya yang relevan.
Menurut
Siahaan & Manurung (2006: 26), beberapa hal yang perlu diketahui mengenai swapcontracts antara lain:
§ Suatu
kesepakatan saling mempertukarkan arus kas selama interval waktu tertentu.
§ Serial
pembayaran kontrak dilakukan sesuai dengan jadwal.
§ Transaksi
lewat broker dengan menggunakan telepom dan telex.
§ Biasanya
digunakan untuk mematok harga untuk jangka panjang di masa yang akan datang.
Karakteristik
·
Tidak perlu transfer uang tunai pada
awal perjanjian.
·
Mengandung risiko kredit.
·
Untuk kebutuhan lindung nilai tertentu
tersedia kontrak-kontrak yang tailor
made.
·
Tersedia kontrak-kontrak untuk jangka
waktu menengah dan jangka panjang (satu sampai sepuluh tahun).
Contoh Kasus
PT Hana
Lee memiliki utang US$ 5 juta
diterima pada bulan Juni 2008 dan harus dibayar kembali pada bulan Juni 2012.
Perusahaan melakukan swap dengan bank devisa nasional atas
utang US$ 5 juta selama 5 tahun dengan persyaratan berubah setiap 6 bulan
dengan metode Penjualan dan Pembelian Kembali.
Persyaratan 6 bulan termin pertama
Tahap 1, bersepakat dengan persyaratan
untuk termin pertama dan ditandatangani akhir Juni 2008:
1.Metode swap: selling and buying
2.Jumlah
dana US$ 5 juta
3.Kurs
Dollar AS di pasar spot akhir Juni Rp 9.940
4.Kurs
Dollar AS pada akhir temin pertama Desember 2008 (swap price) disepakati
= Rp 10.178
5.Tanggal
kontrak: jatuh tempo final: akhir Juni 2012
6.Jatuh
tempo interim = akhir Desember 2008
Kurs Dollar AS masa datang dihitung
berdasarkan perbandingan tingkat bunga rupiah (8%) dan Dollar dikalikan kurs
Dollar AS saat ini. Jadi swap
price =9.940 x [1,08/1,03]6/12 =
10.178
a. Berapa
besar untung rugi swappada
masa termin pertama 6 bulan, jika spot
price pada akhir Desember
2008 Rp 10.163/US$?
b. Seandainya
tidak melakukan hedging,
berapa untung atau rugi beda kurs perseroan?
Jawab:
a. Untuk
masa 6 bulan termin pertama perusahaan membayar:
Swap
fee =
(Rp 10.178 – Rp 9.940) x
5.000.000
= Rp 1.190.000.000
Kerugian
beda kurs = 5.000.000 x (Rp 10.163 – Rp
9.940)
= Rp
1.115.000.000
Kerugian
karena dugaan kurs meleset (imperfecthedge)
= Rp
75.000.000
Perbedaan:
1. Perbedaan
antara spot price dengan spot market saat kontrak ditandatangani
disebut swap fee.
2. Perbedaan
antara spot price awal kontrak dan spot price saat jatuh tempo sebagai
untung/rugi beda kurs.
3. Jika spot price awal kontrak lebih rendah daripada spot price saat jatuh tempo berarti
keuntungan nasabah.
4. Jika swap price lebih tinggi daripada spot price pada saat jatuh tempo berarti
kerugian nasabah.
b. Jika
tidak melakukan hedging,
kerugian = 5.000.000 x (Rp 10.163 – Rp 9.940) = Rp 1.115.000.000, sedangkan
melakukan hedging total kerugian mencapai Rp
1.190.000.000. Hedging tidak selalu mengurangi kerugian,
jika dugaan melesat jauh justru dapat menambah kerugian. Dalam contoh ini, kurs
diperkirakan Rp 10.178/US$1, kenyataannya Rp 10.163/US$.
4. Hedging
Lindung
nilai atau hedging, atau hedge merupakan istilah yang sangat
popular dalam perdagangan berjangka.Dimana hedging merupakan salah satu
fungsi ekonomi dari perdagangan berjangka, yaitu transfer of risk.Hedging
merupakan suatu strategi untuk mengurangi risiko kerugian yang diakibatkan
oleh turun-naiknya harga.
Lindung Nilai (Hedging) adalah
teknik manajemen risiko dengan menggunakan derivatif atau instrumen hedging
lainnya untuk mengkompensasi (offset) perubahan nilai wajar atau perubahan arus
kas terkait asset, kewajiban, dan transaksi-transaksi di masa depan. IAS 39
mencakup prinsip-prinsip akuntansi khusus untuk aktivitas hedging.Apabila
kondisi-kondisi tertentu terpenuhi, entitas diperbolehkan untuk menyimpang dari
ketentuan-ketentuan akuntansi yang lazim dan menerapkan hedge accounting untuk
asset dan kewajiban yang terkait dengan aktivitas hedging.Ketentuan perlakuan
akuntansi mengenai hedging bersifat opsional; entitas tidak diharuskan untuk
menerapkannya. Pengaruh hedge accounting adalah, keuntungan atau kerugian atas
instrumen hedgingdan item-item yang dilindunginya diakui dalam periode yang
sama; keuntungan dan kerugian ditandingkan dalam periode yang sama.
Terdapat dua unsur dalam aktivitas
hedging :
- Instrumen
hedging, mencakup
derivatif, asset keuangan non-derivatif, atau kewajiban keuangan
non-derivatif. Semua kontrak derivatif dengan pihak eksternal bisa digunakan
sebagai instrumen hedging, kecuali untuk sebagian written options. Asset
dan kewajiban non-derivatif hanya bisa digunakan sebagai instrumen hedging
atas risiko mata uang asing. Untuk menjadi instrumen hedging, nilai wajar
instrumen hedging atau arus kas yang diakibatkannya harus mengkompensasi
perubahan nilai wajar atau arus kas asset, kewajiban, atau transaksi yang
dilindunginya. Untuk tujuan hedging, hanya instrumen yang terkait dengan
pihak eksternal saja yang boleh digunakan sebagai instrumen hedging.
- Item
yang dilindungi,
(hedged item) mencakup asset, kewajiban, komitmen perusahaan, transaksi
yang akan terjadi di masa depan, atau investasi netto dalam operasi luar
negeri. Untuk menjadi item yang dilindungi, suatu item harus berisiko bagi
perusahaan, nilai wajar atau arus kas yang diakibatkannya di masa depan
mungkin berubah dan mempengaruhi laba perusahaan.
IAS 39 mengidentifikasi tiga jenis hedging :
- Fair
value hedges, atau lindung nilai wajar.
Menurut Epstein
& Jermakowicz (2008),fair value hedges,
atau perlindungan nilai wajar, adalah penggunaan instrumen derivatif
atau instrumen keuangan lainnya untuk melindungi perusahaan dari risiko terkait
perubahan nilai wajar (fair value) asset atau
kewajiban yang diperkirakan akan mempengaruhi laba yang dilaporkan oleh
perusahaan yang bersangkutan. Baik item-item asset/kewajiban yang dilindungi
maupun derivatif yang digunakan sebagai instrumen hedging atas
asset/kewajiban itu harus dinyatakan kembali dengan nilai wajar yang berlaku
pada akhir periode. Untung (gains) atau rugi
(losses) atas item-item itu harus segera diakui dalam laba/rugi
periode, tidak ditangguhkan.
- Cash
flow hedges, atau lindung arus kas.
Menurut Epstein & Jermakowicz (2008),
cash flow hedges adalah perlindungan, dengan menggunakan instrumen
derivatif atau instrumen keuangan lainnya, dari risiko variabilitas arus kas
terkait dengan diakuinya asset/kewajiban (misalnya, pembayaran bunga atas
pinjaman dengan suku bunga variabel) atau ramalan akan terjadinya suatu
transaksi (misalnya, penjualan atau pembelian yang akan dilakukan) di masa
mendatang, di mana variabilitas arus kas itu diperkirakan akan mempengaruhi
laba atau rugi yang dilaporkan.
- Lindung
investasi netto dalam operasi luar negeri.
Keuntungan
melakukan Hedging
Hedging
memberikan beberapa keuntungan ekonomis baik untuk pihak produsen, pabrikan,
prosessor, eksportir, maupun konsumen (BAPPEBTI, 1997) sebagai berikut:
a. Hedging
merupakan sarana untuk mengurangi atau meminimalkan risiko harga apabila
terjadi perubahan harga yang tidak sesuai dengan yang diperkirakan, disebut
“risk insrance”.
b. Bagi
produsen atau pemilik komoditi, hedging merupakan alat marketing (a marketing
tool). Dengan melakukan hedging, para petani dapat menentukan harga penjualan
produknya, sebelum, selama, dan sesudah panen melalui pasar berjangka. Mereka
dapat menentukan suatu jumlah penerimaan yang akan diperoleh dikemudian hari
dengan menyimpan produk tersebut untuk dijual kemudian.
c. Bagi
pengolah komoditi, hedging tersebut merupakan suatu alat pembelian (a
purchasing tools). Melalui pasar berjangka mereka menentukan harga pembelian
bahan baku yang akan diolah dikemudian hari, sehingga dapat menetapkan biaya
produksi dan akhirnya dapat dengan pasti menetapkan harga jualnya untuk masa
yang akan dating.
d. Dengan
adanya hedging pihak kreditor (bank) lebih berani memberikan kredit kepada
produsen atau pemilik komoditi yang telah menghedge komoditinya. Karena dengan
melakukan tindakan tersebut, pemilik komoditi telah memperkecil risiko
fluktuasi harga dari komoditi yang akan dihasilkan atau bahan yang dibeli,
sehingga profit yang ditargetkan lebih pasti dan hal ini merupakan jaminan bank
bahwa uang yang diberikan dapat kembali dan bunganya dapat dibayar. Biasanya
bank hanya menyediakan 50 persen dari modal kerja bagi produk atau persediaan
yang tidak dihedge, sedangkan bagi yang melakukan hedging mendapat kredit 90
persen dari modal kerja.
e. Melalui
hedging, konsumen akhir akan dibebankan harga jual yang lebih rendah dan stabil
hal ini dikarenakan baik produsen maupun processeor mampu memperkecil biaya
akibat fluktuasi harga yang merugikan, serta adanya kesempatan untuk
memperbesar operting capital.
Kerugian
Melakukan Hedging
Selain
keuntungan yang diperoleh, hedging juga mempunyai beberapa kerugian yang harus
dihadapi hedger (BAPPEBTI, 1997), yaitu:
a. Risiko
basis
Perkembangan
harga di pasar fisik kadang-kadang tidak berkorelasi secara wajar (tidak
searah) dengan pasar berjangka, sehingga risiko yang ada tidak sesuai dengan
perencanaan sebelumnya.
b. Biaya
Dengan
melakukan hedging terdapat beban biaya bagi hedger, antara lain, biaya angkut,
biaya bunga bank, biaya gedgung, biaya asuransi, pembayaran margin dan biaya
transaksi. Oleh karena itu, hedger harus mempertibangkan biaya-biaya tersebut
sebelum melakukan hedging.
c. Ketidaksesuaian
(incompatible) antara kondisi fisik dan futures
Hal
ini terjadi mengingat mutu dan jumlah produk yang dihedge tidak selalu sama
dengan mutu dan jumlah standar kontrak yang diperdagangkan. Oleh karena itu
hedger dituntut agar mampu menyesuaikan perbedaan-perbedaan tersebut dengan
cara melakukan hedging yang sesuai dengan volume produksinya.
Ilustrasi:Hedging
Atas Komitmen Pembelian Mata Uang Asing Yang Dapat Diidentifikasi
Pada tanggal 2 oktober 19x7 , PT elang perkasa melakukan kontrak
dengan emerald corporation, untuk pembayaran 1000 peti minuman bourbon pada
harga 60.000 riyal pada saat kurs spot riyal Rp 750. Dibayar tanggal 31 maret
19x8.untuk melakukan hedging ini, PT elang perkasa membeli 60.000 riyal yang
akan diterimanya dalam waktu 180 hari dengan kurs forward Rp775kurs spot yang
berlaku 31 desember dan 31 maret 19x8 Rp 740 dan Rp 730.
Asumsikan kasusu pembelian ini dicatat dengan cara yang sama
dengan perlakuan untuk hedging atas posisi kewajiban bersih yang diekspos. Jurnalnya:
2 oktober 19x7
Piutang kontrak (ma) Rp 45.000.000
Premium atas kontrak berjangka Rp 1.500.000
Hutang kontrak Rp 46.500.000
(mencatat pembelian 60.000 riyal untuk diterima
dalam 180 haripada kurs forward Rp 775)
31
desember19x7
Kerugian pertukaran yang
ditangguhkan Rp 600.000
Piutang kontrak
(ma) Rp
600.000
31Maret 19x8
1.
Pembelian Rp43.800.000
Hutang dagang Rp 43.800.000
2. Hutang kontrak Rp46.500.000
Kas Rp
46.500.000
3. Kas Rp
43.800.000
Kerugian pertukaran ditahan Rp
600.000
Piutang kontrak (ma) Rp 44.400.000
4. Hutang dagang (ma) Rp
43.800.000
Kas (ma) Rp 43.800.000
5. Pembelian Rp
2.700.000
Premium atas
Kontrak Berjangka Rp
1.500.000
Kerugian Pertukaran Ditangguhkan Rp 1.200.000
Hedging atas
komitmen Penjualan Mata Uang Asing yang Dapat Diidentifikasi
Prosedur untuk melakukan hedging komitmen penjualan mata uang
asing yang dapat diidentifikasi dapat dibandingkan dengan ilustrasi diatas
kecuali bahwa jika terjadi keuntungan maupun kerugian pertukaran yang
ditangguhkan, penyesuaiannya dilakukan terhadap akun pembelian, bukan terhadap
akun penjualan.
Melakukan
Hedging atas Investasi Bersih dalam suatu Entitas Luar Negeri
Keuntungan dan kerugian yang timbul dari transaksi mata uang
asing ditujukan untuk, dan dianggap efektif sebagai hedging ekonomi atas
investasi bersih dalam suatu entitasluar negeri dicatat sebagai penyesuaian
translasi pada ekuitas.Penggolongan translasi berarti bahwa kwuntungan maupun
kerugian transaksi ini dikeluarkan dan pengaruh pendapat bersih, dan sebagai
gantinya, dilaporkan sebagai komponen dari ekuitas.
DAFTAR
PUSTAKA